NASA: Sampel Asteroid Bennu Mengandung Asal Usul Kehidupan seperti di Bumi
ANTARIKSA -- NASA akhirnya merilis hasil pemeriksaan awal sampel yang diambil dari asteroid Benu. Sampel asteroid berusia 4,5 miliar tahun itu dipastikan mengandung banyak air dan karbon. Secara teori, kedua elemen tersebut adalah cikal bakal lahirnya kehidupan di Bumi.
Penemuan itu menyusul perjalanan tujuh tahun misi OSIRIS-REx ke batu asteroid yang jauh tersebut. Akhir bulan lalu, pesawat antariksa itu menurunkan kapsul berisi sampel berharga itu ke Bumi, tepatnya di gurun Utah.
“Ini adalah sampel asteroid kaya karbon terbesar yang pernah kembali ke Bumi,” kata administrator NASA, Bill Nelson pada acara jumpa pers di Johnson Space Center, Houston, Rabu, 11 Oktober 2023.
Karbon menyumbang hampir lima persen dari total berat sampel, dan terdapat dalam bentuk organik dan mineral. "Sementara air, terkunci di dalam struktur kristal mineral tanah liat," katanya.
Para ilmuwan percaya alasan bumi memiliki lautan, danau, dan sungai adalah karena bumi dihantam asteroid pembawa air 4 hingga 4,5 miliar tahun yang lalu. Hal itu menjadikan bumi planet yang layak huni.
Baca Juga: Begini Perjalanan OSIRIS-REx Mengambil Sampel Asteroid Bennu
Sementara itu, semua kehidupan di Bumi didasarkan pada karbon. Ia membentuk ikatan dengan unsur-unsur lain untuk menghasilkan protein dan enzim, serta bahan penyusun kode genetik, DNA dan RNA.
Temuan ini dibuat melalui analisis awal yang melibatkan pemindaian mikroskop elektron, tomografi komputer sinar-X, dan banyak lagi.
“Hal ini adalah impian para ahli astrobiologi,” kata ilmuwan Daniel Glavin.
Menurut dia, masih banyak yang harus diteliti pada sampel tersebut. Selain itu, sampelnya akan dibagikan ke laboratorium di seluruh dunia untuk dipelajari lebih lanjut.
Sampel Asteroid Terbanyak
OSIRIS-REx bukanlah wahana pertama yang bertemu dengan asteroid dan membawa kembali sampel ke bumi untuk dipelajari. Jepang berhasil melakukan hal tersebut dua kali, mengembalikan debu angkasa pada tahun 2010 dan 2020. Namun jumlah sampel yang dikumpulkan diperkirakan 250 gram dan 5,4 gram.
Bennu adalah batuan primitif yang tersimpan dalam ruang hampa udara alam semesta. Menurut NASA, hal itu menjadikannya target yang menarik dipelajari.
Orbitnya yang bersinggungan dengan planet kita juga membuat perjalanan ke Bennu lebih mudah dibandingkan menuju Sabuk Asteroid yang terletak di antara Mars dan Jupiter. Selain wawasan ilmiah, pemahaman yang lebih baik tentang komposisi Bennu juga bermanfaat jika penghuni bumi perlu menjauhinya.
Kemungkinan risiko tabrakan Bennu dengan Bumi pada pertengahan tahun 2100-an, meningkat menjadi sekitar 1 berbanding 1.750. Perkiraan itu berlaku hingga tahun 2300.
Data yang dikumpulkan oleh pesawat ruang angkasa OSIRIS-REx mengungkapkan, sejumlah partikel yang membentuk bagian luar Bennu tersusun sangat longgar. Jika seseorang melangkah ke permukaan Bennu, partikel tersebut kemungkinan akan tenggelam.
Baca Juga: Fakta Baru Asteroid Bennu, Punya Sistem Pelindung Misterius dari Serangan
Penelitian ke Depan
Para peneliti sejauh ini tidak memfokuskan upaya mereka pada sampel utama Bennu. Buruan sebenarnya adalah 'partikel bonus' yang berada di atas mekanisme pengumpulan sampel.
Pada bulan Oktober 2020, ketika wahana OSIRIS-REx menembakkan gas nitrogen ke Bennu untuk mengumpulkan material, penutup sampelnya menjadi terbuka. Hal itu menyebabkan sebagian material mengalir keluar ke kompartemen lain.
"Banyaknya material yang ada sehingga membutuhkan waktu lebih lama dari perkiraan kami untuk mengumpulkannya," kata wakil ketua kurasi OSIRIS-REx, Christopher Snead.
NASA akan menyimpan setidaknya 70 persen sampel di Houston untuk penelitian di masa depan. Ini adalah praktik yang lazim yang dimulai sejak era Apollo dengan batuan Bulan. Tujuannya, agar teknologi dan pengetahuan di masa depan bisa menjelaskannya secara berbeda.
“Sampel tersebut kemudian tersedia untuk pertanyaan baru, teknik baru, instrumentasi baru yang jauh di masa depan,” kata Eileen Stansbery, kepala divisi penelitian astromaterial di Johnson Space Center.
Sebagian sampel juga akan dipamerkan kepada publik di Smithsonian Institution, Space Center Houston, dan Universitas Arizona. Sumber: Phys.org