Sains

Teleskop Webb Melihat Tanda Kehadiran Alien di Atmosfer Dunia Goldilocks

Ilustrasi planet ekstrasurya K2-18 b yang berada di zona layak huni bintangnya dan kini diketahui memiliki molekul berbasis karbon di atmosfernya. Gambar: NASA, ESA, CSA, Joseph Olmsted (STScI.

ANTARIKSA -- Awal pekan lalu, Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST) NASA dilaporkan mampu mendeteksi tanda-tanda kehidupan di luar bumi, di planet mirip Bumi yang berjarak hingga 50 tahun cahaya. Sekarang, sebuah penelitian baru mengungkapkan, teleskop canggih yang melayang di antara matahari dan bumi itu diyakini telah melihat salah satu petunjuk kehidupan, 'kentut alien' di atmosfer dunia 'Goldilocks', sebuah planet ekstra surya yang tertutup lautan.

Planet yang dimaksud, K2-18 b, merupakan planet sub-Neptunus (antara ukuran Bumi dan Neptunus) yang mengorbit di zona layak huni sekitar bintang katai merah, sekitar 120 tahun cahaya dari Matahari. K2-18 b, yang berukuran sekitar 8,6 kali lebih besar dari bumi dengan lebar 2,6 kali lebih besar, pertama kali ditemukan oleh teleskop Kepler NASA pada 2015. Pada tahun 2018, teleskop Hubble NASA menemukan air di atmosfer planet tersebut.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Dalam penelitian baru, yang diunggah ke server pra-cetak arXiv pada 11 September (akan diterbitkan dalam The Astrophysical Journal Letters edisi mendatang), para peneliti menggunakan James Webb untuk menganalisis lebih lanjut kondisi cahaya yang melewati K2-18 b. Spektrum atmosfer yang dihasilkan, yang merupakan spektrum paling rinci yang pernah ditangkap dari planet sub-Neptunus layak huni, menunjukkan atmosfer planet itu mengandung sejumlah besar hidrogen, metana, dan karbon dioksida, serta kadar amonia yang rendah. 

Penanda kimia tersebut menunjukkan bahwa K2-18 b bisa jadi adalah dunia hycean, sebuah planet ekstrasurya dengan atmosfer kaya hidrogen dan lautan air yang menutupi mantel es.  Hycean World adalah kandidat utama untuk menampung kehidupan di luar bumi sejauh ini. Baca Juga: Teleskop James Webb Temukan Eksoplanet Penuh Lautan, Dunia Alien?

Namun, meskipun K2-18 b memiliki lautan, tidak ada jaminan itu cocok untuk kehidupan seperti di bumi. Kemungkinan, ia terlalu panas untuk mendukung kehidupan atau nutrisi dan bahan kimia yang dibutuhkan untuk memicu kehidupan masih kurang.

Para peneliti juga mendeteksi apa yang mereka yakini sebagai jejak dimetil sulfida (DMS), bahan kimia berbau busuk yang hanya diketahui dihasilkan oleh kehidupan mikroskopis di lautan bumi. DMS terutama dipancarkan oleh fitoplankton, atau alga fotosintetik di lautan bumi. 

DMS terbuat dari belerang, karbon, dan hidrogen yang merupakan bentuk organik belerang yang paling melimpah di atmosfer bumi. Hal itu menjadikannya salah satu tanda biologis utama, atau tanda-tanda kehidupan biologis di planet kita.

"Namun, bukti DMS memerlukan validasi lebih lanjut,” tulis peneliti dalam sebuah pernyataan. Para ilmuwan sangat hati, bahwa ada kemungkinan beberapa proses geologi yang tidak diketahui bisa menghasilkan bahan kimia dan bukan kehidupan biologis.

Terlepas dari apakah K2-18 b memang menampung makhluk asing atau tidak, hasil penelitian baru ini lebih jauh menyoroti bahwa dunia Hycean mungkin merupakan tempat yang ideal untuk mencari kehidupan di luar bumi. “Secara tradisional, pencarian kehidupan di exoplanet berfokus terutama pada planet berbatu yang lebih kecil, namun dunia Hycean yang lebih besar secara signifikan lebih kondusif untuk pengamatan atmosfer,” kata penulis utama penelitian itu, Nikku Madhusudhan. Ia adalah ahli astrofisika dan ilmuwan eksoplanet di Universitas Cambridge Inggris.

"Tidak jelas berapa banyak dunia Hycean yang ada, tetapi sub-Neptunus adalah jenis planet paling umum di galaksi yang diketahui sejauh ini,” kata rekan penulis penelitian, Subhajit Sarkar. Ia adalah astrofisika di Universitas Cardiff Wales. 

Baca Juga: Teleskop James Webb Ungkap Foto Menakjubkan Nebula Cincin

Penelitian ini juga menyoroti kekuatan luar biasa James Webb dibandingkan pendahulunya seperti Hubble dan Kepler. Madhusudhan mengatakan, hasil yang mereka raih terjadi karena rentang panjang gelombang yang diperluas dan sensitivitas JWST yang belum pernah terjadi sebelumnya. "Teleskop Hubble memerlukan setidaknya delapan kali lebih banyak pengamatan terhadap K2-18 b untuk memperoleh tingkat detail yang sama," tambahnya.

Para peneliti berencana menggunakan James Webb untuk melihat kembali K2-18 b pada kesempatan berikutnya. Mereka ingin memastikan apakah teleskop dapat menemukan lebih banyak bukti adanya kehidupan di planet ekstrasurya. "Jika hal ini terjadi, hal ini akan mengubah pemahaman kita tentang tempat kita di alam semesta,” kata Madhusudhan. Sumber: Live Science

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

- angkasa berdenyut dalam kehendak -