Asal Muasal Planet Kerdil di Tata Surya, Jumlahnya Bisa Sampai Seratusan?
ANTARIKSA -- Tata Surya memiliki delapan planet dan lima planet kerdil. Apa yang membedakan keduanya?
Kata "planet" berasal dari kata Yunani kuno yang berarti "bintang pengembara". Hal ini lantaran selama ribuan tahun, manusia telah menyaksikan planet-planet berubah posisinya di langit malam. Begitulah cara orang dahulu menemukan lima planet: Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, dan Saturnus.
Para astronom menggunakan teleskop menemukan Uranus pada tahun 1781 dan Neptunus pada tahun 1846, dan Pluto pada tahun 1930. Sifat planet yang berubah posisinya tidak seperti bintang, yang tampak diam dan tidak bergerak jika dilihat dengan mata telanjang.
Seiring waktu dan perkembangan teknologi, ilmuwan kemudian menemukan lebih banyak objek di luar Neptunus, di suatu tempat yang disebut sabuk Kuiper. Sabuk Kuiper adalah tempat di luar angkasa yang menyimpan “sisa-sisa” tata surya, khususnya benda-benda es kecil.
Ilmuwan lantas menemukan tiga objek kecil yang diberi nama Eris, Haumea, dan Makemake yang ditemukan pada awal hingga pertengahan tahun 2000-an. Objek-objek ini cukup besar untuk dianggap sebagai planet. Tiga objek ini semuanya berukuran kira-kira sama dengan Pluto.
Para astronom kemudian menduga bahwa kemungkinan terdapat lebih banyak benda es di sabuk Kuiper. Mereka mulai bertanya-tanya: berapa banyak planet yang bisa diidentifikasi di tata surya kita? Dua puluh? Tigapuluh? Seratus?
Definisi planet kerdil
Pada tahun 2006, dan setelah banyak perdebatan, Persatuan Astronomi Internasional (IAU) menghasilkan definisi baru untuk sebuah planet. Pada tahun 2006 itulah istilah planet kerdil pertama kali digunakan.
Menurut kesepakatan IAU, Sebuah planet harus mengorbit matahari secara langsung. Planet juga harus cukup besar untuk memiliki bentuk fisik bulat atau bulat.
Selain itu, planet ini harus “membersihkan lingkungannya”. Artinya, selain bulan-bulan yang biasanya mengikutinya, planet tidak boleh berbagi orbit dengan objek lain yang berukuran sebanding.
Objek yang hanya memenuhi dua kriteria pertama, namun tidak memenuhi kriteria ketiga kini disebut planet kerdil.
Pluto diturunkan dari planet menjadi planet kerdil
Pada 2006 Pulo kehilangan statusnya sebagai planet dan kini tergolong sebagai planet kerdil. Pluto tidak memenuhi persyaratan ketiga karena ada benda-benda es lainnya di sabuk Kuiper yang berada dalam jalur orbit Pluto. Keputusan kontroversial itu masih diperdebatkan oleh para ilmuwan hingga hari ini.
Pada saat yang sama Pluto diturunkan statusnya, ada objek-objek lain yang mendapat status baru. Ceres, yang dulunya dianggap sebagai asteroid, kini diklasifikasikan sebagai planet katai. Ceres berada di sabuk asteroid utama, mengorbit antara Mars dan Jupiter.
Jika dijumlahkan Pluto, Ceres, Eris, Haumea, dan Makemake maka jumlah planet kerdil di tata surya kita menjadi lima. Namun kemungkinan daftar planet kerdil itu akan bertambah.
Ada ratusan kandidat, hampir semuanya berada di sabuk Kuiper, berpotensi memenuhi kriteria sebagai planet katai.
Karakteristik planet kerdil
Planet kerdil tidak seperti Bumi. Sesuai dengan namanya, ukurannya jauh lebih kecil. Pluto dan Eris meruakan planet kerdil terbesar, memiliki diameter kurang dari seperlima Bumi.
Massanya juga lebih sedikit. Bumi memiliki massa sekitar 6.400 kali lebih besar daripada Ceres. Karakteristik lain, planet kerdil memiliki sifat dingin. Suhu rata-rata Pluto sekitar minus 240 Celcius.
Mungkinkah ada kehidupan di planet kerdil?
Ada tiga hal yang dibutuhkan untuk kehidupan: air cair, sumber energi, dan molekul organik atau molekul yang mengandung karbon.
Berdasarkan penelitian, lebih dari 161 kilometer di bawah permukaan Pluto, mungkin terdapat lautan air cair yang sangat besar. Hal ini juga mungkin ada di planet-planet kerdil di sabuk Kuiper lainnya. Ceres juga memiliki air bawah permukaan, sisa-sisa lautan global kuno.
Molekul organik, yang berlimpah di seluruh tata surya kita, telah ditemukan di Ceres dan Pluto. Satu-satunya unsur yang hilang dari semua planet kerdil untuk menampung kehidupan adalah sumber energi.
Sinar matahari tidak akan berfungsi, khususnya bagi planet-planet kerdil di sabuk Kuiper. Lokasi itu mereka terlalu jauh dari matahari.
Untuk mencapai sabuk tersebut, cahaya harus menempuh jarak lebih dari 4,4 miliar km. Pada saat sinar matahari tiba di dunia yang jauh ini, sinar matahari sudah terlalu lemah untuk memberikan panas yang diperlukan.
Selain itu, semua planet kerdil terlalu kecil untuk menampung panas dalam yang tersisa dari pembentukan tata surya. Namun, hingga saat ini para ilmuwan masih mencari kemungkinan adanya kehidupan lain di luar Bumi.
Lima planet kerdil, apa saja?
Ada lima planet kerdil yang diakui oleh IAU. Ilmuwan memperkirakan mungkin ada ratusan atau bahkan ribuan planet kerdil mungkin ada di tata surya.
Pluto
Pluto adalah planet kerdil yang terbesar. Ketika ditemukan pada 1930, Pluto disebut sebagai planet kesembilan.
Pluto memiliki lima bulan. Orbit Pluto tidak melingkar seperti planet lain. Pluto sebenarnya melintasi orbit Neptunus. Artinya bahwa Pluto terkadang lebih dekat ke Matahari daripada Neptunus. Pluto membutuhkan waktu hampir 250 tahun untuk menyelesaikan satu perjalanan mengelilingi Matahari.
Eris
Eris terletak di luar orbit Neptunus. Eris menyelesaikan orbit mengelilingi Matahari setiap 557 tahun.
Eris berukuran lebih kecil dari Pluto namun mengandung sekitar 25 persen lebih banyak materi. Penemuan Eris pada tahun 2005 mungkin merupakan titik balik yang memaksa para astronom untuk mempertimbangkan kembali klasifikasi Pluto sebagai sebuah planet.
Ceres
Ceres merupakan objek terbesar di sabuk asteroid antara orbit Mars dan Jupiter. Awalnya Ceres dianggap sebagai asteroid. Namun, bentuknya yang hampir bulat berarti bahwa benda berbatu dan es ini tidak dianggap sebagai asteroid.
Ceres membutuhkan 4,6 tahun untuk menyelesaikan orbit mengelilingi Matahari. Para ilmuwan menduga bahwa planet kerdil yang unik ini bahkan mungkin memiliki lautan air cair yang tersembunyi di bawah lapisan es.
Makemake
Makemake ditemukan hanya beberapa bulan setelah Eris ditemukan oleh tim astronom yang sama. Makemake terletak di Sabuk Kuiper. Astronom mengatakan bahwa Makemake kemungkinan berwarna kemerahan, mirip dengan Pluto.
Haumea
Haumea ditemukan pada 2004 di Sabuk Kuiper di luar orbit Neptunus. Butuh waktu 285 tahun bagi Haumea untuk menyelesaikan perjalanan mengelilingi Matahari, Haumea berotasi dalam waktu kurang dari empat jam.
