Antartika Ungkap Jejak Badai Matahari Ekstrem yang Menghantam Bumi

ANTARIKSA -- Tim peneliti yang dipimpin Universitas Lund di Swedia telah menemukan bukti badai matahari ekstrem yang menghantam bumi sekitar 9.200 tahun lalu. Temuan itu berasal dari analisis inti es dari Greenland dan Antartika. Yang membingungkan para peneliti adalah badai itu terjadi selama matahari dalam fase yang lebih tenang. Secara umum diyakini bahwa planet kita jarang terkena peristiwa semacam itu.
Matahari adalah prasyarat untuk semua kehidupan di Bumi. Tetapi, matahari juga dapat menyebabkan masalah besar. Ketika ada aktivitas kuat di permukaan matahari, akan lebih banyak energi yang dilepaskan sehingga dapat menimbulkan badai geomagnetik. Hal ini pada gilirannya akan menyebabkan pemadaman listrik dan gangguan komunikasi di Bumi.
Waktu terjadinya badai matahari memang sulit diprediksi. Namun diyakini, badai api akan lebih mungkin terjadi selama matahari dalam fase aktif atau matahari maksimum yang disebut siklus bintik matahari. Kenyataannya, studi terbaru yang diterbitkan di Nature Communications menunjukkan, hal itu mungkin tidak selalu berlaku untuk badai matahari yang sangat besar.
"Kami telah mempelajari inti bor dari Greenland dan Antartika, dan menemukan jejak badai matahari besar yang menghantam Bumi selama salah satu fase pasif matahari sekitar 9.200 tahun yang lalu," kata Raimund Muscheler, peneliti geologi di Universitas Lund, dilansir Phys.org, Rabu, 26 Januari 2022.
Para peneliti menjelajahi inti bor untuk mencari puncak isotop radioaktif berilium-10 dan klorin-36. Ini diproduksi oleh partikel kosmik berenergi tinggi yang mencapai Bumi, dan dapat diawetkan dalam es dan sedimen.
"Ini adalah pekerjaan analitis yang memakan waktu dan mahal. Karena itu, kami sangat terkejut ketika kami menemukan hal seperti itu, yang menunjukkan badai matahari raksasa yang sampai sekarang tidak diketahui mengingat aktivitas matahari yang rendah (saat itu)," kata Raimund Muscheler.
Jika badai matahari yang ditemukan itu terjadi saat ini, maka akan membawa konsekuensi yang menghancurkan. Selain pemadaman listrik dan kerusakan radiasi pada satelit, badai itu akan menimbulkan bahaya bagi lalu lintas udara dan astronot. Belum lagi runtuhnya berbagai sistem komunikasi.
"Badai besar ini, saat ini belum dimasukkan dalam penilaian risiko (kebencanaan). Sangat penting untuk menganalisis apa arti peristiwa ini bagi teknologi saat ini dan bagaimana kita dapat melindungi diri kita," kata Raimund Muscheler.
