Begini Astronot Muslim Menandai Waktu Buka Puasa Jika Berada di Luar Angkasa
ANTARIKSA -- Ramadhan tiba! Umat Islam di seluruh dunia menyambut dengan malakukan ibadah puasa. Ibadah puasa merupakan ibadah yang durasi waktu pelaksanaannya tidak sama.
Lantaran Bumi itu bulat, perbedaan durasi waktu puasa di berbagai negara adalah hal yang lumrah. Buka dan sahur selama bulan Ramadhan ditandai dengan terbitnya matahari dan tenggelamnya matahari.
Tapi, bagaimana jika seorang astronot muslim berpuasa ketika sedang berada di luar angkasa? Bagaimana dia menandai waktu sahur dan berbuka?
Ini adalah pertanyaan yang dihadapi astronot Sultan Alneyadi sejak kedatangannya di stasiun luar angkasa pada 3 Maret 2023 lalu. Astronot Sultan Alneyadi dari Uni Emirat Arab (UEA) saat ini sedang berada di stasiun luar angkasa internasional (ISS).
ISS mengorbit mengitari Bumi dengan kecepatan sekitar 17.000 mil per jam (27.600 kilometer per jam). Dengan kecepatan itu, penghuni ISS bisa menyaksikan 16 matahari terbit dan terbenam setiap hari.
Sultan Alneyadi merupakan salah satu dari kurang dari selusin astronot Muslim yang telah melakukan perjalanan ke luar angkasa. Dia akan menjadi astronot pertama dari Uni Emirat Arab yang menyelesaikan masa tinggal lama di laboratorium terapung tersebut.
“Enam bulan adalah durasi yang lama untuk sebuah misi, yang merupakan tanggung jawab besar,” kata Alneyadi kepada wartawan saat konferensi pers di bulan Januari lalu, dilansir dari CNN.
Sebagai seorang astronot, Alneyadi juga mendapatkan status "musafir", yang membuatnya mendapatkan keringanan untuk tidak berpuasa ketika orang muslim di Bumi lainnya sedang menjalankan ibadah puasa.
“Kita sebenarnya boleh berbuka puasa. Itu tidak wajib.”
Dia menambahkan, puasa tidak wajib jika seseorang merasa tidak enak badan. Seorang astronot diwajibkan untuk makan makanan yang cukup untuk mencegah peningkatan kekurangan makanan atau nutrisi atau hidrasi.
Alneyadi juga mengatakan kepada wartawan selama konferensi pers di Dubai pada bulan Februari bahwa dia bisa berpuasa menurut Greenwich Mean Time (GMT), atau Coordinated Universal Time, yang digunakan sebagai zona waktu resmi di stasiun luar angkasa.
“Jika kami memiliki kesempatan, pasti Ramadhan adalah kesempatan yang baik untuk berpuasa, dan itu sebenarnya menyehatkan,” ucap Alneyadi kepada wartawan pada konferensi persnya di bulan Januari.