NASA: Asteroid Berbahaya Bisa Menyatukan Umat Manusia
ANTARIKSA -- Asteroid bisa mendamaikan negara-negara di Bumi yang sering bertikai, setidaknya untuk sementara waktu. Menurut para ahli, berurusan dengan asteroid besar dan berbahaya yang menargetkan planet kita akan membutuhkan kerja sama internasional yang kuat, dan sebaiknya skenarionya harus mulai dipikirkan sekarang.
Petugas Badan Manajemen Darurat Federal (FEMA) AS, Leviticus LA Lewis mengatakan, saat ini, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengembangkan prosedur untuk menanggapi tsunami dan peristiwa besar lainnya. "Namun untuk dampak asteroid, kami pikir skalanya akan sedemikian rupa sehingga kita benar-benar perlu membahas saat ini apa yang diperlukan untuk respons internasional dalam skala sebesar itu," kata dia di Kantor Koordinasi Pertahanan Planet (PDCO) NASA pada hari Kamis, 20 Juni 2024.
Bagian dari respons tersebut akan melibatkan koordinasi evakuasi orang-orang di zona dampak potensial, yang kemungkinan mencakup wilayah yang luas. Sebab, asteroid biasanya bergerak sangat cepat melalui ruang angkasa dan lintasannya sangat sulit ditentukan.
Ketidakpastian kecil dalam lintasan yang dihitung tersebut akan mengakibatkan perbedaan besar dalam titik dampak yang diproyeksikan di Bumi. Sampai saat ini, ilmuwan tidak menemukan asteroid besar yang mengancam planet. Artinya, jika ada batuan ruang angkasa yang tiba-tiba mengancam Bumi, pasti itu baru ditemukan.
Baca Juga: Asteroid Es di Sabuk Kuiper Membuka Tabir Evolusi Misterius Planet Es Neptunus
"Jika kita berbicara tentang banyak negara dan orang-orang yang harus berpindah-pindah, dan menanggapi wilayah yang sangat luas, itu bisa menjadi tantangan. Kita perlu mengatur dan mulai membahas apa yang benar-benar diperlukan untuk mengoordinasikan upaya besar," kata Lewis.
Lewis menegaskan, tantangannya adalah siapa yang akan bertanggung jawab atas semua upaya tersebut, organisasi apa, dan bagaimana mengaturnya. "Apakah itu PBB? Apakah itu gabungan organisasi internasional? Bagaimana kita benar-benar akan mencapainya? Jadi, itulah tantangan baru," kata dia.
Lewis membahas hasil Planetary Defense Interagency Tabletop Exercise kelima, simulasi ancaman asteroid yang diadakan pada 2 dan 3 April 2024 di Laboratorium Fisika Terapan (APL) Johns Hopkins di Maryland. Latihan tersebut mengikuti upaya serupa pada 2013, 2014, 2016 dan 2022 yang bertujuan menginformasikan dan menilai kemampuan kita sebagai suatu negara untuk menanggapi secara efektif ancaman asteroid atau komet yang berpotensi berbahaya.
Para peserta latihan tersebut hampir 100 orang dari berbagai lembaga federal AS dan lembaga internasional. Mereka memakai skenario hipotetis sebagai berikut:
Misal, para ilmuwan baru saja menemukan asteroid yang relatif besar yang tampaknya berada pada lintasan yang akan menabrak Bumi. Ada kemungkinan 72 persen asteroid itu akan menghantam planet kita pada 12 Juli 2038, di sepanjang koridor panjang yang mencakup kota-kota besar seperti Dallas, Memphis, Madrid, dan Aljazair.
Baca Juga: Asteroid NK4 yang Berbahaya Mendekati Bumi untuk Pertama Kalinya
Namun, itu hanyalah gambaran awal, dengan banyak fakta penting yang masih kabur atau tidak diketahui. Misalnya, tidak jelas seberapa besar asteroid itu, kisaran ukurannya diperkirakan 60 hingga 800 meter. Dan para peneliti tidak mengetahui komposisinya, yang merupakan detail yang sangat penting. Jika asteroid metalik atau berbatu yang padat, dia akan berperilaku sangat berbeda saat dibelokan maupun saat terjadi benturan. Sementara, asteroid dari tumpukan puing tanah dan kerikil seperti Bennu masih bisa diprediksi karena sudah pernah dianalisis.
"Ketidakpastian dalam kondisi awal latihan ini memungkinkan para peserta untuk mempertimbangkan serangkaian keadaan yang sangat menantang," kata Lindley Johnson, pejabat emeritus pertahanan planet di Markas Besar NASA di Washington.
"Dampak asteroid besar berpotensi menjadi satu-satunya bencana alam yang dapat diprediksi oleh manusia bertahun-tahun sebelumnya dan diambil tindakan untuk mencegahnya."
Informasi lebih lanjut tentang batu angkasa yang baru ditemukan itu tidak akan tersedia untuk sementara waktu: Latihan tersebut menetapkan bahwa batu itu menghilang begitu saja di balik matahari dari sudut pandang Bumi, sehingga teleskop tidak mampu menjangkaunya selama tujuh bulan ke depan.
Para peserta latihan pada April, membicarakan langkah-langkah potensial berikutnya. Mereka meneliti tiga kemungkinan utama dalam waktu dekat, salah satunya adalah tidak melakukan apa pun hingga pengamatan teleskop lebih lanjut dapat dilakukan.
Dua kemungkinan lainnya adalah mulai mempelajari, dan mungkin bahkan mengembangkan, misi pencarian fakta ke batu angkasa yang mengancam itu, baik dengan terbang lintas atau upaya pertemuan yang lebih rumit dan khusus, yang akan mendekati asteroid untuk jangka waktu yang lama. Terbang lintas itu kemungkinan akan menelan biaya antara 200 juta dolar AS dan 400 juta dolar AS. Biaya misi langsung ke asteroid akan lebih mahal, sekitar 800 juta hingga 1 miliar dolar AS.
Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Asteroid Meledak di Chelyabinsk Rusia, Melukai 1.500 Orang
"Sebagian besar pemimpin senior latihan tersebut lebih menyukai opsi dua atau tiga, namun menyadari bahwa realitas politik akan membatasi tindakan langsung," tulis pernyataan laporan awal tentang simulasi tersebut.
Laporan tersebut memuat pilihan komentar dari peserta latihan. "Hal terpentingnya adalah diskusi yang melibatkan sifat politis dari pengambilan keputusan," bunyi salah satu komentar tersebut.
Komentar lainnya menyoroti sifat global dari tantangan tersebut, seperti yang dikatakan Lewis: "Keterlibatan internasional sejak awal akan sangat penting. Kredibilitas itu penting dan harus dibangun sekarang."
Latihan tersebut tidak menghasilkan aturan ketat yang harus diikuti saat asteroid yang mengancam ditemukan. Para ahli pertahanan planet mengatakan, latihan itu adalah masalah kapan sebuah batu angkasa besar akan menuju ke arah kita.
"Rencana sebenarnya, hasil latihan spesifik, sebenarnya tidak ada apa-apanya," kata Johnson. "Yang sebenarnya adalah menjalani proses perencanaan dan bekerja sama, berkomunikasi dan bekerja sama, itulah tujuan sebenarnya dari latihan ini." Sumber: Space.com
