Malam Ini, Puing Satelit Raksasa ESA Jatuh Bebas Menembus Atmosfer Bumi
ANTARIKSA -- Sebuah satelit Badan Antariksa Eropa (ESA) sedang menukik tak terkendali ke atmosfer bumi. Dia datang dengan unsur-unsur satelit seberat 2,3 ton yang kemungkinan besar akan bertahan setelah terbakar atmosfer. Artinya, logam terbakar itu akan jatuh ke permukaan Bumi.
Masalahnya, waktu dan tempat yang tepat di atas Bumi tempat ESA European Remote Sensing (ERS-2) itu jatuh tidak diketahui. Namun prediksi baru mengenai kehancuran pesawat ruang angkasa tersebut telah dikeluarkan.
Dengan menggunakan data terbaru, Kantor Puing-puing Luar Angkasa ESA memperkirakan masuknya kembali satelit ERS-2 akan terjadi pada pukul 11.32 EST pada Rabu, 21 Februari 2024. Artinya, satelit itu akan masuk malam ini pukul 23.32 WIB.
Waktu di atas memiliki rentan kesalahan lebih kurang 7,48 jam. “Ketidakpastian ini terutama disebabkan oleh pengaruh aktivitas matahari yang tidak dapat diprediksi, yang mempengaruhi kepadatan atmosfer bumi dan juga hambatan yang dialami satelit,” kata ESA.
Baca Juga: Bangkai Satelit Raksasa ESA akan Jatuh tanpa Kendali Rabu Ini, Berikut Jamnya
ESA memastikan, kemungkinan besar masih akan ada sisa-sisa pesawat ruang angkasa setelah masuk kembali. “Kemungkinan besar beberapa bagian akan bertahan saat masuk kembali, seperti rata-rata antara 10 dan 20 persen massa benda besar,” kata Simona-Elena Nichiteanu, petugas hubungan media di departemen komunikasi Pusat Operasi Luar Angkasa Eropa (ESOC).
ESOC berfungsi sebagai pusat kendali misi utama ESA di Darmstadt, Jerman.
Komponen yang Jatuh ke Tanah
Mengenai komponen ERS-2 ke permukaan bumi, Nichiteanu mengatakan, fragmen terbesar dan terberat yang mungkin bertahan masuk kembali ke atmosfer adalah 4 tangki (terberat), 3 panel internal instrumen pendukung (penampang terbesar), dan struktur antena Synthetic Aperture Radar (SAR). Yang terakhir adalah fragmen terbesar dengan asumsi tidak terfragmentasi sama sekali.
"Sebagian besar ERS-2 akan terbakar di atmosfer," jelas para ahli ESA. Selain itu, mengingat bumi sebagian besar kaya akan air laut, kemungkinan besar komponen yang tersisa akan terciprat ke dalamnya.
Jatuhnya ERS-2 dapat dipandang sebagai kartu panggilan dari luar angkasa dan sebagai peringatan. Michael Runnels, asisten profesor hukum bisnis di California State University, Los Angeles mengatakan, tidak mengherankan jika satelit seberat 2,3 ton akan meluncur ke orbit Bumi secara eksplosif dan tidak terkendali.
Baca Juga: Agar Satelit tak Menjadi Sampah Antariksa, Teknologi Isi Ulang Bahan Bakar Dikebut
“Tentu saja, peristiwa-peristiwa ini menyoroti perlunya peraturan penegakan hukum mengenai sampah orbital untuk mendukung eksplorasi berkelanjutan dan penyelidikan ilmiah di luar angkasa,” kata Runnels. Sumber: Space.com