Bangkai Satelit Raksasa ESA akan Jatuh tanpa Kendali Rabu Ini, Berikut Jamnya
ANTARIKSA -- Perusahaan pencitraan komersial Australia, HEO Robotics tekah menangkap gambar satelit observasi Bumi ERS-2 milik Badan Antariksa Eropa (ESA) pada 14 Februari 2024. Satelit raksasa yang telah lama mati tersebut sedang jatuh tanpa arah menuju planet kita. Fotonya bisa dilihat di bawah.
ERS-2 atau European Remote Sensing 2, diluncurkan pada tahun 1995 dan menghabiskan 16 tahun mengamati planet kita dari luar angkasa hingga misinya berakhir pada tahun 2011. Selama rentang dua bulan pada 2011, ESA melakukan sejumlah manuver deorbit untuk memulai penurunan ERS-2 secara bertahap. Tujuannya, agar satelit itu masuk ke atmosfer bumi dengan aman; terbakar dan puing-puingnya tidak menimpa daerah berpenduduk.
Kejatuhan dramatis itu akhirnya akan terjadi pekan ini. Yang lebih menghawatirkan, logam yang membara itu akan jatuh tanpa kendali.
Dalam pembaruan yang diposting pada Ahad, 18 Februari 2024, ESA menyebutkan kejatuhan ERS-2 diperkirakan akan berlangsung pada Rabu, 21 Februari pukul 10.19 ET atau pukul 22.19 WIB. Lebih kurangnya, sekitar 19 jam.
Baca Juga: Bangkai Satelit Raksasa Milik Eropa akan Jatuh tak Terkendali Pekan Depan
Ketidakpastian jam kejadian itu disebabkan oleh pengaruh aktivitas matahari yang tidak dapat diprediksi. "Matahari mempengaruhi kepadatan atmosfer bumi dan karena itu bisa mengubah seberapa besar gaya tarik terhadap satelit saat turun," tulis ESA.
Masih terlalu dini untuk mengatakan di mana ia akan jatuh. Tetapi kita akan memiliki gambaran yang lebih baik seiring semakin dekatnya waktu masuknya kembali.
ESA mengeklaim telah berusaha agar manuver masuk kembali satelit raksasa yang terbengkalai se mungkin. ERS-2 telah membakar sisa bahan bakarnya selama manuver deorbiting pada tahun 2011, dan penurunannya direncanakan dengan cermat untuk memastikan tidak bertabrakan dengan pesawat ruang angkasa lain atau puing-puing luar angkasa .
“Menghilangkan orbit satelit di akhir masa pakainya dan memastikan mereka masuk kembali ke atmosfer bumi adalah alat mendasar dalam menjaga jalan raya ruang angkasa kita yang sibuk bersih dari satelit-satelit yang mati dan tertinggal, mencegah tabrakan di orbit, dan mengurangi terciptanya puing-puing ruang angkasa lebih lanjut,” tulis ESA.
Baca Juga: Hari Ini, Pesawat Pembawa Jasad Manusia akan Jatuh ke Bumi dengan Kondisi Terbakar
Namun, ESA hanya bisa sampai di situ. Dia akan jatuh di bagian mana atmosfer Bumi sudah di luar kemampuan ESA.
ERS-2 adalah pesawat ruang angkasa observasi Bumi tercanggih yang pernah dikembangkan dan diluncurkan oleh Eropa. Satelit tersebut memiliki berat 2.294 kg saat kosong seperti sekarang, cukup besar untuk sebuah puing luar angkasa.
Saat jatuh pada 21 Februari, ERS-2 diperkirakan akan terpecah menjadi sejumlah pecahan yang lebih kecil setelah mencapai ketinggian sekitar 80 km di atas Bumi. Sebagian besarnya akan terbakar di atmosfer.
Beberapa mungkin berhasil mencapai permukaan bumi. Namun diperkirakan akan jatuh ke laut. Asumsi ini hanya berdasarkan jumlah perairan dan daratan di Bumi, yaitu 70 persen lautan. ESA mengatakan, tidak ada fragmen dari ERS-2 yang mengandung racun.
“Tidak satu pun dari fragmen ini mengandung zat beracun atau radioaktif,” tulis ESA. Sumber: Space.com