Bangkai Satelit Raksasa Milik Eropa akan Jatuh tak Terkendali Pekan Depan
ANTARIKSA -- Bangkai pesawat ruang angkasa berukuran besar sedang mendekati Bumi. Ia akan jatuh dari antariksa melalui atmosfer bumi dalam keadaan yang mengerikan; logam terbakar, sekitar pertengahan Februari ini. Parahnya, pesawat itu akan jatuh tanpa terkendali.
Benda itu adalah satelit European Remote Sensing 2 (ERS-2) milik Badan Antariksa Eropa (ESA). Ia diluncurkan ke orbit Bumi pada bulan April 1995 dan menyelesaikan tugas pengamatan Bumi pada September 2011.
ESA mulai mempersiapkan kehancuran ERS-2 bahkan sebelum misi utamanya berakhir, melakukan 66 kali pembakaran mesin pada Juli dan Agustus 2011. Manuver tersebut menghabiskan sisa bahan bakar satelit dan menurunkan ketinggian rata-ratanya dari 785 km menjadi sekitar 573 km. Ketinggian itu akan mengurangi risiko tabrakan dengan satelit lain atau puing-puing ruang angkasa.
"Dan untuk memastikan orbit satelit akan menurun cukup cepat sehingga dapat masuk kembali ke atmosfer bumi dalam 15 tahun," tulis pejabat ESA tentang masuk kembalinya pesawat itu ke depan.
Baca Juga: Hari Ini, Pesawat Pembawa Jasad Manusia akan Jatuh ke Bumi dengan Kondisi Terbakar
ERS-2 adalah pesawat luar angkasa observasi Bumi tercanggih yang pernah dikembangkan dan diluncurkan oleh Eropa. Pada saat lepas landas, beratnya 2.516 kilogram. Kini, tanpa bahan bakar, beratnya menjadi sekitar 2.294 kg.
Benda itu memang cukup besar dan kuat. Namun, ESA mengatakan ERS-2 bukanlah sampah luar angkasa terbesar. Sebab, benda bermassa serupa rata-rata masuk kembali ke atmosfer bumi setiap satu atau dua pekan.
Baru-baru ini, objek yang jauh lebih besar jatuh kembali ke Bumi. Misalnya, tahap inti roket Long March 5B Cina seberat 23 ton jatuh tak terkendali sekitar sepekan setelah lepas landas. Masuknya kembali pesawat itu telah terjadi tiga kali dalam tiga tahun terakhir. Long March 5B menerbangkan tiga modul untuk stasiun luar angkasa Tiangong Cina, yaitu pada April 2021, Juli 2022, dan Oktober 2022.
Baca Juga: Apa Itu Sampah Antariksa? Dari Puing Roket hingga Tabrakan Pesawat AS-Rusia
Proses jatuhnya ERS-2 sudah berlangsung selama 13 tahun terakhir. Namun satelit tersebut kini relatif rendah untuk ditarik ke bawah lebih cepat oleh atmosfer. Proses jatuhnya akan semakin cepat dalam beberapa hari mendatang.
ERS-2 akan jatuh tanpa kendali karena telah kehabisan bahan bakar. Ia sudah tidak bisa melakukan pembakaran mesin untuk mengendalikan arahnya.
Masih terlalu dini memprediksi di mana dan kapan ERS-2 akan menghantam sebagian besar atmosfer bumi. Namun kemungkinan besar raksasa logam berapi tersebut akan masuk di atas lautan, karena air menutupi sekitar 70 persen permukaan planet kita.
Jika dia masuk ke wilayah 30 persennya, dan kebetulan berpenduduk, maka itu akan menjadi peristiwa yang dramatis.
Satelit tersebut akan meledak ketika mencapai ketinggian sekitar 80 km. Sebagian besar pecahannya kemudian terbakar di atmosfer. Menurut ESA, kalaupun puing-puingnya mencapai permukaan bumi, sampah tersebut tidak mengandung zat beracun atau radioaktif.
Tetap saja, orang yang pasti sangat tidak beruntung adalah yang terkena salah satu dari puing itu. “Risiko tahunan seorang manusia terluka akibat puing-puing luar angkasa berada di bawah 1 dalam 100 miliar,” tulis pejabat ESA. Itu kira-kira 65.000 kali lebih rendah dibandingkan risiko tersambar petir. ESA tidak merinci penganan jika besi membara itu merjang seseorang.
Baca Juga: 50 Ton Meteor Jatuh Setiap Hari, Harganya Mencapai Rp 175 Juta per Ons
ESA akan terus memberi kita informasi terbaru tentang jatuhnya ERS-2 secara dramatis ke Bumi dalam beberapa hari mendatang. Semoga benda itu tidak terujung dari langit para sahabat antariksa. Sumber: Space.com