10 Juta Meteoroid Berbahaya Membombardir Bulan Tiap Jam, Misi ke Bulan Bakal Aman?
ANTARIKSA -- Dalam serangkaian peristiwa luar biasa, lebih dari 10 juta meteoroid berbahaya diketahui menyerang bulan setiap jam. Meskipun angka tersebut terdengar menakutkan, perlu dicatat bahwa serangan ini terjadi di seluruh permukaan bulan, yang memiliki luas mencapai sekitar 38 triliun meter persegi.
Pertanyaan yang muncul: Apakah serbuan meteoroid ini dapat membahayakan kelancaran misi ke Bulan?
Saat ini, para ahli sedang merinci beberapa potensi tugas fotografi untuk misi Artemis 2, yang direncanakan akan diluncurkan oleh Badan Antariksa Amerika (NASA) pada bulan September 2025. Dalam misi ini, wahana antariksa Orion dengan awaknya akan meluncur ke arah bulan menggunakan roket Space Launch System (SLS) NASA. Mereka akan menjelajahi sekitar 7.400 km melampaui sisi terjauh bulan selama hampir 10 hari perjalanan.
Untuk membantu para astronot mempersiapkan perjalanan mereka, para ilmuwan bulan telah memulai perencanaan "Kodak Moments" sebagai panduan tentang apa yang dapat dipotret oleh kru Artemis 2, yang terdiri dari empat astronot.
Yang mengejutkan, salah satu tugas yang mungkin akan diemban oleh para astronot adalah memperhatikan kilatan cahaya di permukaan bulan. Ternyata, selama program pendaratan bulan Apollo 17, astronot melihat tiga kilatan cahaya yang disebabkan oleh dampak meteor.
Noah Petro, ilmuwan proyek untuk Artemis 3, menyatakan tim telah bekerja dengan kru Artemis 2 untuk mengidentifikasi target dan rencana pengamatan fotografi selama perjalanan mereka menuju dan dari bulan."
Namun, apakah astronot Artemis memiliki peluang untuk melihat kilatan serupa?
Dilansir dari Space, pengamatan dari Bumi menunjukkan bahwa setiap jam, sekitar 5 meteoroid berukuran bola ping-pong menghantam bulan. William Cooke, pemimpin NASA Meteoroid Environments Office di Marshall Spaceflight Center di Huntsville, Alabama, mengungkapkan bahwa teleskop di pusat NASA mengamati satu benturan setiap dua jam di area seluas 4 juta kilometer persegi.
"Astronot memiliki luas permukaan hanya sekitar satu meter persegi, membuat peluang terjadinya dampak pada pakaian astronot sangat kecil. Baju antariksa saat ini dapat ditembus oleh partikel 71 kali lebih kecil dari ini," paparnya.
Dalam hal frekuensi benturan, ilmuwan umumnya mencatat adanya benturan setiap 2 jam waktu pengamatan. Namun, selama hujan meteor Geminid, tingkat benturan melonjak lebih dari 10 kali lipat, dari 0,5 per jam menjadi lebih dari 5 per jam.
Sebagai informasi, misi Apollo 17 berada di orbit sekitar bulan selama Geminid 1972. Itu merupakan periode yang sangat tepat untuk mengamati kilatan dampak meteor di Bulab. Namun, anggota kru pada waktu yang berbeda harus melihat sepuluh kali lebih lama untuk melihat kilatan tersebut.
Fakta bahwa kru Apollo dan pengamat dari Bumi melihat kilatan ini menunjukkan bahwa kejadian ini bukanlah sesuatu yang jarang terjadi. Pertanyaannya, apakah ini menjadi kekhawatiran bagi kru permanen yang mungkin akan menjelajah di bulan di masa depan?
Studi yang dilakukan oleh Meteoroid Environment Office NASA terkait bahaya meteoroid dan dampak kecil terhadap astronot mengindikasikan bahwa risikonya pada umumnya dianggap rendah, namun tidak sepenuhnya nol. Lebih lanjut, semakin lama seseorang tinggal di bulan, semakin besar akumulasi risikonya.
Namun, dampak meteoroid dapat menjadi kekhawatiran yang lebih besar untuk basis-basis bulan yang mungkin akan dibangun di masa depan.
