Fakta Unik Cara Astronot 'Pipis' dan Buang Air Besar di Mikrogravitasi Luar Angkasa, ke Mana Kotorannya Dibuang?
ANTARIKSA -- Misi berawak luar angkasa sudah banyak di lakukan. Bagaimana jika sorang astronot ingin buang air kecil ketika berada di luar angkasa?
"Lakukan itu di dalam pakaian antariksamu."
Itulah yang didengar oleh Alan Shepherd, orang Amerika pertama di luar angkasa, pada 5 Mei 1961, ketika ia memberi tahu tim di landasan peluncuran bahwa ia perlu buang air kecil. Shepherd melakukan seperti yang diinstruksikan. Dia buang air kecil di dalam pakaian antariksa, yang menyebabkan sensor biosirkuit elektroniknya bermasalah.
Pakaian antariksa Shepherd tidak dilengkapi dengan sistem pengumpulan urine karena misinya tidak diharapkan berlangsung cukup lama untuknya perlu buang air kecil.
Badan Antariksa Amerika (NASA) tidak mengambil risiko semacam itu dengan misi John Glenn ke luar angkasa selama penerbangan orbit Merkurius pertama pada 20 Februari 1962. Pakaian antariksa Glenn dilengkapi dengan sistem pengumpulan urine.
Sistem pengumpul urine itu berfungsi sebagai sabuk penahan yang dapat dipakai, manset bergulir lateks, tabung plastik, katup dan klip, serta tas pengumpulan plastik, yang akan memberikan pengaruh pada sistem yang digunakan oleh astronot pria sepanjang program pesawat ulang-alik antariksa. Bahkan, sistem pengumpulan urine Glenn begitu bersejarah sehingga telah dipamerkan kepada publik di National Air and Space Museum sejak tahun 1976.
Sejak penerbangan orbital Merkurius dan program pesawat ulang-alik antariksa, masa tinggal di luar angkasa menjadi lebih lama. Bahkan, astronot di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) tinggal hingga enam bulan.
Kini, era baru masa tinggal di luar angkasa yang diperpanjang telah tiba. Artinya, astronot tidak dapat berjalan-jalan dengan celana dalam yang basah atau kotor atau terhubung dengan selang karet. Hal ini telah mendorong upaya untuk merancang dan membangun toilet antariksa untuk melakukan kebutuhan dasar manusia di luar angkasa sambil mempertimbangkan utilitas dan kenyamanan.
Bagaimana toilet bekerja di luar angkasa?
Toilet di Bumi memiliki berbagai macam bentuk tergantung budaya dan lokasi geografis. Tetapi satu prinsip tunggal berlaku untuk semua toilet di bumi: pembuangan kotoran bergantung pada gravitasi.
Mikrogravitasi yang dialami di luar angkasa dapat membuat proses pembuangan limbah manusia menjadi lebih sulit dan bahkan berbahaya. Kekurangan gravitasi berarti kotoran bisa mengambang dari toilet berbasis ruang angkasa.
Hal ini tidak hanya berbahaya bagi kesehatan astronot, tetapi jika hal ini terjadi di atas ISS atau stasiun luar angkasa lainnya, limbah yang mengambang bebas bisa merusak peralatan sensitif.
Ini berarti daripada mengandalkan gravitasi untuk membuang limbah, toilet di ISS dan pesawat antariksa menggunakan penyedotan dan aliran udara. Menurut Badan Eksplorasi Antariksa Jepang (JAXA), selain menggunakan penyedotan, bahwa astronot di pesawat ulang-alik harus mengikat diri ke toilet saat mereka melakukan aktivitasnya.
Mikrogravitasi dikontraskan dengan sejumlah pegangan tangan dan pijakan kaki yang memastikan astronot tidak akan melayang dari toilet pada saat yang kritis. Ketika buang air kecil, astronot memegang corong penyedotan ke kulit mereka untuk mencegah kebocoran. Ketika tutup toilet diangkat untuk melewatkan limbah padat, penyedotan dimulai segera untuk mengurangi bau.