Siklus Kehidupan Bintang, dari Lahir, Bersinar Lalu Hancur
ANTARIKSA -- Bintang merupakan benda langit yang mengalami tahapan kehidupan seperti manusia. Dari lahir, tumbuh lalu kemudian hancur.
Ada beberapa tahap kehidupan bintang mulai dari kelahiran bintang, deret utama, raksasa merah, katai putih dan supernova.
Proses Kehidupan Bintang
Dilansir dari Earth Sky, bintang memancarkan energi dengan mengubah hidrogen menjadi helium melalui fusi nuklir. Proses inilah yang menyebabkan matahari memancarkan cahaya, panas, dan bentuk energi lainnya.
Proses fusi nuklir di bintang pada awalnya membutuhkan hidrogen. Bintang tidak memiliki persediaan hidrogen yang tidak terbatas. Suatu hari, hidrogen yang ada di dalam bintag itu akan habis.
Matahari mengubah sekitar 600 juta ton hidrogen menjadi helium setiap detik. Matahari memiliki hidrogen yang cukup untuk bertahan sekitar 10 miliar tahun.
Konsumsi ratusan juta ton hidrogen per detik tidak serta merta menghabiskan hidrogen di Matahari. Hanya 0,7 persen hidrogen yang dikonsumsi matahari dalam proses fusi pada akhirnya akan dipancarkan sebagai energi.
Sisanya digunakan untuk mengubah inti atom hidrogen menjadi atom helium. Persentase kecil energi tersebut telah memberi kita semua cahaya dan panas yang kita peroleh dari matahari selama 4,5 miliar tahun terakhir.
Para astronom memperkirakan bintang kita sekarang berusia sekitar 4,5 miliar tahun. Jika diibaratkan sebagai manusia, matahari kini memasuki usia paruh baya.
Ilmuwan menyebut tahap kehidupan bintang kita saat ini sebagai fase pembakaran hidrogen. Itu karena sumber energinya adalah fusi atom hidrogen.
Bintang yang sebagian besar membakar hidrogen berada dalam fase deret utama. Sebagai bintang deret utama, matahari berada dalam kondisi yang disebut kesetimbangan bintang. Artinya, tekanan radiasi ke luar dari reaksi fusi internal matahari menyeimbangkan tekanan gravitasi matahari ke dalam.
Deret utama, lalu subraksasa dan raksasa merah
Pada akhirnya, ketika api nuklirnya melemah, bintang mulai berkontraksi karena gravitasinya sendiri. Pada saat yang sama bintang menyusut dan suhunya meningkat. Jadi bintangnya menjadi lebih terang.
Pada bintang yang menua, fase penyusutan dan pencerahan ini dapat berlangsung selama beberapa juta tahun. Jika bintang mulai menjadi lebih terang, artinya bintang tersebut telah mulai berevolusi menjadi apa yang dikenal sebagai bintang subraksasa. Ini merupakan fase peralihan antara deret utama dan tahap raksasa merah.
Fase pembakaran hidrogen dapat berlangsung antara beberapa ratus juta hingga satu miliar tahun, bergantung pada massa awal bintang. Untuk bintang yang massanya antara 0,8 hingga dua kali massa Matahari, maka akan menghasilkan bintang subraksasa yang berukuran 10 kali diameter Matahari .
Bintang-bintang bermassa di luar kisaran ini mungkin akan mengikuti jalur evolusi yang berbeda. Untuk bintang seperti Matahari, fase berikutnya adalah peningkatan ukuran secara besar-besaran, peningkatan kecerahan yang sangat besar, dan pendinginan yang lebih besar.
Pembakaran cangkang hidrogen pada fase bintang subraksasa terjadi melalui proses fusi yang jauh lebih intens dibandingkan saat bintang berada di deret utama. Hasilnya adalah bintang tersebut menjadi lebih terang.
Raksasa merah
Bintang menjadi lebih terang, namun lapisan luar bintang yang mengembang mendingin pada saat yang sama. Lapisan luar berada semakin jauh dari cangkang hidrogen di sekitar inti sehingga suhunya turun dari suhu maksimum antara 6.000 dan 30.000 derajat ke 5.000 Kelvin. Ini juga berarti bahwa cahaya bintang menjadi merah.
Pada akhirnya, mungkin setelah ratusan juta tahun, bintang tersebut akan berukuran seratus kali diameter matahari dan berwarna merah jelas.
Bintang akan berada dalam fase raksasa merah selama sekitar satu miliar tahun. Selanjutnya, bintang bermassa tinggi akan meledak sebagai supernova. Bintang bermassa rendah hingga menengah seperti Matahari kita perlahan-lahan akan menyusut dan mendingin menjadi bintang katai putih.