Ternyata Bulan Sangat Mirip dengan Bumi
ANTARIKSA -- Struktur Bulan merupakan salah satu misteri yang cukup membingungkan bagi para ilmuwan. Para astronom selalu dibuat bingung dengan struktur bulan, bahkan berabad-abad sebelum munculnya pesawat ruang angkasa.
Pada awal abad ke-20, para ilmuwan memperdebatkan apakah bulan hanyalah sebuah objek berbatu atau apakah Bulan memiliki geologi bagian dalam yang lebih kompleks.
Kini, perdebatan tersebut akhirnya terjawab. Gabungan peneliti di beberapa universitas di Prancis mempublikasikan riset terbaru tentang struktur Bulan di jurnal Nature yang dipublikasikan pada Mei 2023 lalu.
Menurut model matematika terbaru, bulan memiliki inti luar yang cair dan inti dalam yang padat. Struktur ini mirip dengan bumi.
Inti bagian dalam terdiri dari logam dengan kepadatan serupa dengan besi dan berdiameter sekitar 500 kilometer. Diameter ini sekitar 15 persen dari total diameter Bulan.
Bagaimana mendapatkan data struktur Bulan?
Mempelajari komposisi bagian dalam benda-benda di Tata Surya paling baik dilakukan melalui data seismik. Gelombang seismik merambat secara berbeda melalui material yang berbeda.
Jadi, gelombang yang dihasilkan oleh gempa bulan ini dapat mengungkap struktur bagian dalam bulan, bergantung pada apa yang dilewatinya. Hasil akhirnya adalah semacam sinar-X geologis.
Wahana Chandrayaan-3 milik India, yang mendarat di bulan pada Agustus 2023, telah mendeteksi gempa bulan pertama dalam lebih dari 50 tahun.
Sebelumnya, para peneliti di Universitas Côte d'Azur di Perancis hanya meneliti Bulan mengandalkan data lama dari era Apollo. Sayangnya bahwa adalah data era Apollo memiliki resolusi yang rendah dibandingkan standar saat ini. Data yang digunakan terlalu buruk untuk menentukan keadaan inti bulan.
Para peneliti kemudian mengumpulkan data tambahan dari misi luar angkasa dan eksperimen jangkauan laser bulan dan membuat profil fitur bulan. Data tambahannya antara lain mencakup kepadatan dan variasi jaraknya dari Bumi.
Para ilmuwan kemudian melakukan pemodelan dengan tipe inti yang berbeda untuk menemukan mana yang paling cocok dengan data observasi.
Temuan penting
Para peneliti membuat beberapa temuan penting. Pertama, mereka menemukan bahwa materi yang lebih padat di dalam bulan akan jatuh ke pusat bulan. Materi yang kurang padat akan naik ke atas.
Hal ini sebelumnya telah dikemukakan oleh para peneliti sebagai cara untuk menjelaskan keberadaan unsur-unsur tertentu di wilayah vulkanik bulan. Tapi itu hanya satu bagian dari gambarannya.
Para peneliti juga menemukan bahwa inti bulan sangat mirip dengan bumi, dengan lapisan luar yang cair dan inti dalam yang padat. Inti tersebut berdiameter sekitar 500 kilometer.
Pada tahun 2011 lalu, tim yang dipimpin oleh ilmuwan NASA menemukan hasil serupa dengan menggunakan teknik seismologi pada data Apollo untuk mempelajari inti bulan. Fakta bahwa kedua studi tersebut disusun menggunakan dua teknik berbeda memberikan kredibilitas lebih pada kesimpulan ini.
Meskipun temuan ini memberikan sedikit pencerahan pada struktur bulan, masih banyak misteri lain yang belum terpecahkan. Misalnya apa yang terjadi pada medan magnet Bulan.
Tidak lama setelah terbentuk, bulan memiliki medan magnet yang kuat. Medan magnet ini kemudian mulai menurun sekitar 3,2 miliar tahun lalu. Medan tersebut dihasilkan oleh gerak dan konveksi di dalam inti.
Badan Antariksa Amerika (NASA) berharap dapat mengirim empat astronot kembali ke bulan dalam misi Artemis II pada tahun 2024. Sementara itu, perusahaan luar angkasa swasta seperti ispace, Astrobotic, dan Intuitive Machines juga memiliki rencana sendiri untuk ke Bulan.