Dragonfly NASA, Helikopter Bertenaga Nuklir yang akan Menaklukan Titan di Saturnus
ANTARIKSA -- Serangkaian pengujian sedang dilakukan pada pesawat rotor Dragonfly milik NASA, sebuah drone udara seukuran mobil bertenaga nuklir yang akan mencari cikal bakal kehidupan di bulan Saturnus, Titan. Namun, sebelum helikopter itu terbang ke angkasa, NASA harus memastikan si capung mampu bertahan terhadap lingkungan asing di bulan planet jauh.
Tujuan utama Dragonfly adalah mempelajari kimia kompleks di Titan yang bisa memberikan wawasan tentang asal usul kehidupan di tata surya kita. Dilengkapi dengan kamera, sensor, dan sampler, kendaraan ini akan menyelidiki wilayah Titan yang diketahui mengandung bahan organik. Utamanya, wilayah di mana bahan tersebut diduga pernah bertemu dengan air cair di bawah permukaan es Titan di masa lalu.
Pendarat tersebut akan melintasi atmosfer Titan yang kaya nitrogen menggunakan empat rotor koaksial ganda. Untuk memastikan rotor ini bisa bekerja dalam kondisi seperti di Titan, tim Dragonfly telah melakukan berbagai tes di Pusat Penelitian Langley NASA di Hampton, Virginia.
Di sana, NASA juga mengoperasikan rotor drone di terowongan angin yang mensimulasikan kondisi atmosfer di bulan terbesar Saturnus itu. “Semua pengujian ini dimasukkan ke dalam simulasi dan prediksi kinerja Dragonfly Titan kami,” kata Ken Hibbard, insinyur sistem misi Dragonfly di Johns Hopkins Applied Physics Laboratory (APL) dalam pernyataan NASA.
Baca Juga: Bakal Terbang di Titan, Robot Dragonfly NASA Lolos Tinjauan Desain
Empat kampanye uji Dragonfly telah dilakukan: Dua di terowongan subsonik berukuran 4,2 x 6,7 meter, dan dua lainnya di Terowongan Dinamik Transonik (TDT) berukuran sekitar 5 meter. Terowongan subsonik digunakan untuk memvalidasi model dinamika fluida yang dikembangkan oleh para ilmuwan misi. Sedangkan uji kemampuan gas berat dengan kepadatan variabel TDT untuk memvalidasi model komputer dalam simulasi kondisi atmosfer yang kemungkinan akan ditemui Dragonfly di Titan.
"Pengujian terbaru yang diadakan pada bulan Juni, melibatkan model Dragonfly setengah skala dengan ratusan uji coba," kata Bernadine Juliano, pimpinan pengujian APL untuk proyek tersebut.
Juliano mengatakan, pengujian melibatkan kondisi di seluruh jangkauan penerbangan pada berbagai kecepatan angin, kecepatan rotor, dan sudut penerbangan. Hal itu guna menilai kinerja aerodinamis Dragonfly.
“Kami menyelesaikan lebih dari 700 total proses (pengujian), yang mencakup lebih dari 4.000 titik data tersendiri. Semua tujuan pengujian berhasil dicapai dan data tersebut akan membantu meningkatkan kepercayaan pada model simulasi kami di Bumi sebelum melakukan ekstrapolasi ke kondisi Titan,” kata dia.
Baca Juga: Terobosan Sains, Teleskop Dragonfly Mampu Mendeteksi Gas Galaksi
Analisis data sebanyak itu dilakukan dengan upaya kolaboratif dengan para spesialis dari berbagai institusi, mulai dari University of Central Florida hingga NASA Ames Research Center di Silicon Valley. Rick Heisler dari APL, yang mengawasi kampanye pengujian TDT menekankan pada pemahaman kinerja rotor Dragonfly di atmosfer unik Titan.
“Lingkungan gas berat di TDT memiliki kepadatan tiga setengah kali lebih tinggi dari udara saat beroperasi pada tekanan dan suhu lingkungan di permukaan laut,” kata Heisler. Hal itu, kata dia, memungkinkan rotor beroperasi pada kondisi dekat Titan dan meniru gaya angkat dan pembebanan dinamis dengan lebih baik.
Ketika bagian-bagian misi bersatu, besarnya tugas dan sifat historis dari misi tersebut menjadi fokus tim. “Dengan Dragonfly, kami mengubah fiksi ilmiah menjadi fakta eksplorasi. Misi ini berjalan satu demi satu, dan kami bersemangat untuk setiap langkah selanjutnya dalam pengiriman helikopter revolusioner ini melintasi langit dan permukaan Titan,” kata Hibbard. Sumber: Space.com