Teknologi

Para Ilmuwan Ciptakan AI Pemburu Kehidupan Alien, Bagaimana Cara Kerjanya?

Ilustrasi algoritme kecerdasan buatan. Gambar: Flickr

ANTARIKSA -- Para ilmuwan telah menciptakan program kecerdasan buatan (AI) yang dapat mendeteksi kehidupan alien dalam sampel fisik. Algoritme pembelajaran mesin baru dilatih menggunakan sel hidup, fosil, meteorit, dan bahan kimia buatan laboratorium.

Menurut para ilmuwan pembuatnya, AI ini mampu membedakan 90 persen antara sampel yang berasal dari biologis dan nonbiologis. Namun cara kerja algoritma ini masih menjadi misteri.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Para ilmuwan mengatakan, alat baru itu bisa segera digunakan. AI akan memindai kehidupan di Mars dengan mengolah data batuan Mars yang dikumpulkan oleh penjelajah Curiosity, serta berpotensi mengungkap asal usul batuan misterius dan kuno yang ditemukan di Bumi. Tim itu telah mempublikasikan temuan mereka di jurnal PNAS pada 25 September 2023.

“Hasil ini berarti bahwa kita mungkin dapat menemukan bentuk kehidupan dari planet lain, biosfer lain, meskipun sangat berbeda dari kehidupan yang kita kenal di Bumi,” kata penulis utama studi, Robert Hazen, ahli astrobiologi di Carnegie Institution for Sains, Washington DC. 

Baca Juga: Kecerdasan Buatan Menemukan Bintang Pertama tidak Lahir Sendirian

Hazen melanjutkan, jika ditemukan tanda-tanda kehidupan di tempat lain, maka para ilmuwan dapat mengetahui apakah kehidupan di Bumi dan planet lain itu berasal dari asal usul yang sama atau berbeda. “Dengan kata lain, metode ini harus mampu mendeteksi biokimia alien, serta kehidupan di Bumi," katanya. 

Menentukan biokimia alien merupakan masalah besar. Sebab, relatif mudah untuk menemukan biomarker molekuler kehidupan di Bumi, namun ilmuwan tidak dapat berasumsi bahwa kehidupan di luar bumi akan menggunakan DNA, asam amino, dan lain-lain. "Metode kami mencari pola distribusi molekuler yang timbul dari kebutuhan kehidupan akan molekul fungsional."

Para ilmuwan telah mengetahui bahwa mencampur bahan kimia dan menjaganya pada suhu laut purba bisa menghasilkan molekul organik seperti asam amino (bahan penyusun protein yang penting bagi kehidupan). Mereka juga menemukan bukti adanya unsur-unsur tersebut pada meteor dan bahkan asteroid jauh.

Namun jika para pemburu alien ingin membuktikan bahwa mereka telah menemukan kehidupan di luar Bumi, mereka harus menjawab setidaknya pertanyaan sederhana ini: Bagaimana kita tahu benda-benda yang kita temukan berasal dari biologis, atau terbentuk secara kebetulan dari kimia luar angkasa?

Baca Juga: 10 Planet Kembaran Bumi Ditemukan, Begini Penampakannya

Karena molekul organik cenderung terdegradasi seiring berjalannya waktu, ini adalah pertanyaan yang sulit dijawab sendiri oleh manusia. Karena itu, para peneliti mulai membangun algoritma pembelajaran mesin yang dapat membantu menjawabnya.

Para ilmuwan memulai dengan menggunakan metode yang sudah digunakan pada pesawat ruang angkasa NASA, yaitu pirolisis, atau pemanasan sampel tanpa udara untuk memisahkannya menjadi gas dan biochar. Bagian sampel yang terurai kemudian disusun dengan teknik yang disebut kromatografi, sebelum atom-atomnya ditranskripsi menjadi data melalui spektroskopi massa.

Setelah memasukkan data dari 134 sampel kaya karbon yang diketahui asal usulnya, algoritme pembelajaran mesin membedakan antara produk kehidupan masa kini dan masa lampau seperti cangkang, gigi, tulang, batu bara, dan ambar. Kemudian, membedakan senyawa organik yang berasal dari abiotik seperti laboratorium asam amino buatan. Akurasinya mencapai 90 persen.

Sistem AI sebagian besar merupakan model kotak hitam (black-box model), hanya dilihat dari segi masukan dan keluarannya. Hal itu membuat para peneliti tidak sepenuhnya yakin dengan proses buram yang dialami sistem mereka untuk memberikan jawabannya. Namun mereka mengatakan, hal tersebut memberikan bukti penting bahwa kimia kehidupan mengikuti aturan fundamental yang berbeda dibandingkan dengan dunia tak hidup.

“Implikasi dari penelitian baru ini sangat banyak, namun ada tiga hal penting yang dapat diambil,” kata penulis utama studi tersebut, Jim Cleaves, ahli kimia di Carnegie Institution for Science. 

Pertama, pada tingkat tertentu, biokimia berbeda dari kimia organik abiotik; kedua, ilmuwan dapat melihat sampel Mars dan Bumi purba untuk mengetahui apakah mereka pernah hidup; dan ketiga, kemungkinan metode baru ini dapat membedakan biosfer alternatif Bumi, dengan implikasi signifikan bagi misi astrobiologi di masa depan. Sumber: Live Science

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

- angkasa berdenyut dalam kehendak -