China Luncurkan Teleskop Einstein untuk Memantau Aksi Lubang Hitam
ANTARIKSA — Sebuah observatorium antariksa sinar-x bidang lebar China telah lulus tinjauan lengkap dan diperkirakan akan diluncurkan tahun depan. Teleskop yang dinamai nama ilmuwan Albert Einstein, Einstein Probe akan mendeteksi kilatan dari peristiwa kosmik yang dahsyat.
Einstein diperkirakan akan diluncurkan sekitar pertengahan 2023 untuk mengamati interaksi tabrakan yang jauh. Peristiwa gangguan pasang surut, di mana bintang-bintang ditarik terpisah oleh lubang hitam supermasif yang disebut supernova tak akan lolos dari pantauan teleskop. Einstein juga akan mendeteksi dan melokalisasi peristiwa perubahan elektromagnetik berenergi tinggi ke gelombang gravitasi.
Sesi peninjauan diselenggarakan oleh Pusat Sains Antariksa Nasional (NSSC) di bawah Akademi Ilmu Pengetahuan China (CAS) pada 25 Maret 2022. Misi telah disetujui untuk melanjutkan ke fase perakitan, integrasi, dan pengujian pesawat ruang angkasa, menjelang peluncuran tahun depan.
Pesawat luar angkasa seberat 1.400 kilogram itu akan diluncurkan ke orbit dengan ketinggian 600 kilometer dengan kemiringan rendah. Dari sana, ia akan mengamati langit dengan Wide-field X-ray Telescope (WXT) dengan bidang pandang 3.600 derajat persegi, menggunakan optik 'mata lobster' yang canggih. Itu akan memungkinkan Einstein melihat peristiwa sinar-X lebih luas daripada sebelumnya.
Pesawat antariksa itu akan menampilkan pemrosesan data onboard dan kemampuan tindak lanjut otonom. Artinya, Teleskop Sinar-X Tindak Lanjut (FXT) milik Einstein bisa dengan cepat dibawa setelah WXT mendeteksi peristiwa sinar-X.
Tim Einstein Probe berharap dapat mendeteksi peristiwa tabrakan ekstra-galaksi yang sejauh ini jarang dieksplorasi. Pengamatan yang dikonfirmasi sejauh ini masih relatif sedikit tentang peristiwa gangguan pasang surut (TDE) antar bintang dan lubang hitam.
Dengan mengambil emisi sinar-X pita lunak dari bintang-bintang yang terkoyak oleh lubang hitam besar, Einstein dapat memberikan wawasan baru tentang bagaimana materi bintang jatuh ke dalam lubang hitam. Kemudian, fenomena kompleks dan langka dari formasi pancaran materi terionisasi yang dipancarkan oleh peristiwa tersebut.
Penyelidik Utama Misi, Yuan Weimin dari Observatorium Astronomi Nasional (NAOC) mencatat, Einstein Probe berpotensi mendeteksi sekitar seratus TDE per tahun.
Pengamatan ini juga dapat memberikan wawasan tentang fenomena lain di langit jauh, termasuk lubang hitam, magentar, inti galaksi aktif, semburan sinar gamma, dan interaksi antara komet dan ion angin matahari. Misi tersebut akan memanfaatkan konstelasi satelit navigasi Beidou dan jaringan VHF milik badan antariksa Prancis CNES yang memungkinkan pengiriman data peringatan secara cepat ke darat.
Peringatan kemudian dibagikan secara publik agar pengamatan tindak lanjut oleh tim dan teleskop lain bisa cepat. Jaringan VHF CNES akan mendukung teleskop ruang angkasa sinar-X astronomi SVOM China-Prancis, yang akan bersinergi dengan Einstein Probe. SVOM juga kemungkinan diluncurkan pada 2023.
Misi Einstein Probe dikelola oleh NSSC, dengan melibatkan NAOC CAS, Institut Fisika Energi Tinggi (IHEP), Institut Fisika Teknik Shanghai (SITP), dan Akademi Inovasi untuk Mikrosatelit pembuat pesawat ruang angkasa.
Badan Antariksa Eropa (ESA) berkontribusi pada misi dengan menyediakan instrumen FXT serta stasiun bumi dan dukungan manajemen sains. Institut Max Planck Jerman untuk Fisika Luar Bumi juga terlibat dalam instrumen FXT.
Einstein Probe diusulkan pada 2013 dan disetujui pada 2017 sebagai bagian dari fase kedua Program Prioritas Strategis (SPP) Akademi Ilmu Pengetahuan China tentang Ilmu Antariksa. Fase pertama SPP terdiri dari empat misi, Dark Matter Particle Explorer (DAMPE), ShiJian-10 (SJ-10), Quantum Experiments at Space Scale (QUESS), dan Hard X-ray Modulation Telescope (HXMT). Mereka diluncurkan sepanjang 2016-2017.
Misi lain dalam fase kedua adalah gelombang gravitasi energi tinggi Electromagnetic Counterpart All-sky Monitor (GECAM), Advanced Space-based Solar Observatory (ASO-S) yang akan diluncurkan tahun ini, dan Solar wind Magnetosphere Ionosphere Link Explorer (SMILE), di mana ESA baru-baru ini mengirimkan modul ke China. Misi tersebut merupakan bagian dari rencana luar angkasa utama China untuk lima tahun ke depan.
Menurut NSSC, proposal sedang dipelajari dan ditinjau untuk fase lebih lanjut dari misi sains luar angkasa China.
Sumber: Space News