Ilmuwan Jepang Ungkap Asteroid Ryugu Menyimpan Rahasia Besar Tata Surya
ANTARIKSA -- Sampel yang dikumpulkan dari asteroid Ryugu tampaknya menyembunyikan rahasia besar tata surya kita. Tidak hanya soal masa lalu, pemboman yang dialami asteroid saat melayang antar planet menyimpan informasi apa yang sedang terjadi di luar sana. Bahkan, Ryugu berpotensi untuk misi penambangan asteroid di masa depan.
Saat asteroid menjelajahi ruang antarplanet, mereka terkena partikel berenergi tinggi yang dihembuskan matahari dan benda-benda kecil seperti mikrometeoroid. Faktor lingkungan antarplanet tersebut bisa menyebabkan pelapukan ruang angkasa, meskipun sulit dilihat dari jarak jauh.
Biasanya, meteorit yang terlepas dari asteroid mengalami pemanasan hebat saat melewati atmosfer bumi sehingga informasi kandungannya tidak terlihat pada sampel yang jauh ke planet kita. Namun, dampak dari ruang antarplanet itu bisa terlihat jelas dalam sampel yang dikumpulkan langsung dari Ryugu.
Penelitian tim ilmuwan terhadap sampel tersebut telah dipublikasikan di jurnal Nature Communications pada Senin, 29 April 2024. Sampel yang diteliti tim yang dipimpin oleh Yuki Kimura dari Universitas Hokkaido tersebut diambil oleh pesawat Hayabusa 2 Jepang. Pesawat itu bertemu dengan Ryugu tiga setengah tahun setelah peluncurannya pada Juni 2014.
Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Hayabusa 2 Meluncur ke Asteroid Ryugu untuk Mengambil Sampel
Haybusa 2 menghabiskan satu tahun mengikuti kemanapun asteroid yang berdiameter 900 meter tersebut bergerak. Ia kemudian menukik ke bawah dan mengambil sampel dari permukaannya pada Juni 2018. Sampel Ryugu kembali ke Bumi pada 6 Desember 2020, saat Haybusa 2 berangkat mempelajari asteroid lain.
“Tanda-tanda pelapukan luar angkasa yang kami deteksi secara langsung akan memberi kami pemahaman yang lebih baik tentang beberapa fenomena yang terjadi di tata surya,” kata Kimura.
Penemuan pada Sampel Ryugu
Salah satu hasil menarik yang ditemukan Kimura dan rekannya dalam sampel Ryugu Hayabusa 2 adalah butiran mineral kecil yang disebut framboids. Framboid itu terdiri dari oksida besi, namun tampaknya telah kehilangan sifat magnetik biasanya. Tim peneliti menduga hal itu disebabkan oleh mikrometeoroid yang lebarnya sekitar 0,002 sentimeter, yang membombardir Ryugu.
Sampel Ryugu tidak hanya berguna dalam menentukan kondisi tata surya saat ini karena dia terbentuk dari material sisa pembentukan planet di sekitar Matahari sekitar 4,6 miliar tahun lalu. Karena itu, asteroid juga mengandung catatan fosil mengenai kondisi awal tata surya.
Kimura mengatakan, kekuatan medan magnet awal tata surya menurun seiring terbentuknya planet. Mengukur sisa magnetisasi asteroid melalui sampel seperti yang dikumpulkan dengan Hayabusa 2 bisa membantu mengungkap rincian informasi tentang medan magnet tata surya awal.
Baca Juga: Urasil Pembentuk RNA Ditemukan di Asteroid Ryugu, Menjelaskan Asal Kehidupan di Bumi
Sayangnya, dalam sampel Ryugu, catatan fosil medan magnet tata surya telah terkunci dalam ribuan nanopartikel besi yang mengelilingi framboid tersebut. Tim peneliti berharap bisa segera mengungkap rahasia nanopartikel besi itu dan kondisi awal tata surya dalam waktu dekat.
Penelitian itu juga memiliki aspek komersial yang bisa menjadi kunci pengembangan operasi penambangan luar angkasa di masa depan. Misalnya, yang bertujuan mengambul sumber daya dari asteroid.
“Meskipun penelitian kami terutama untuk kepentingan dan pemahaman ilmiah yang mendasar, penelitian ini juga dapat membantu memperkirakan tingkat degradasi yang mungkin disebabkan oleh debu luar angkasa yang berdampak pada robot atau pesawat ruang angkasa dengan kecepatan tinggi,” kata Kimura. Sumber: Space.com