Teleskop Webb akan Menguji Sinyal Aneh 'Planet Neraka' Bumi Super
ANTARIKSA -- Bumi super pertama yang ditemukan para astronom mengeluarkan sinyal-sinyal aneh selama hampir dua dekade. Baru-baru ini, para ilmuwan mendapat pencerahan apa yang terjadi di dunia sejauh 40 tahun cahaya dari kita.
Menurut sebuah penelitian baru, gunung berapi di planet 55 Cancri e yang mengerikan itu secara berkala terbuka dan memuntahkan gas panas yang membentuk atmosfer. Namun atmosfer tersebut terbakar dan membuat planet itu kembali gundul. Pengujian teori tersebut ke depan akan melibatkan Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST).
Planet 55 Cancri e itu adalah dunia berbatu seperti bumi, namun berukuran delapan kali lebih besar dari planet kita. Ia ditemukan pada tahun 2004 dan berjarak sekitar 40 tahun cahaya dari Bumi.
Planet itu sangat dekat dengan bintang induknya, kurang dari 2 persen jarak antara Bumi dan Matahari sehingga mampu menyelesaikan orbit penuh hanya dalam waktu 17 jam. Hal itu menimbulkan beberapa kondisi ekstrem yang sulit dijelaskan di planet itu.
Baca Juga: 10 Planet Kembaran Bumi Ditemukan, Begini Penampakannya
Aspek yang paling membingungkan adalah sifat sinyal transitnya, yang dilaporkan di Astrophysical Journal Letters pada September, lalu. Itu adalah cahaya yang terlihat dari Bumi kita. Ketika 55 Cancri e melintasi permukaan bintang induknya, cahayanya meredup, sementara ketika ia lewat di belakang bintangnya, ada cahaya yang terlihat.
Terkadang, ketika 55 Cancri e lewat di belakang bintangnya, tidak ada cahaya tampak yang datang dari planet itu sendiri, sementara di lain waktu planet tersebut memancarkan sinyal cahaya yang kuat. Dalam cahaya inframerah, selalu ada sinyal, meskipun kekuatan sinyalnya bervariasi.
Pengamatan cahaya inframerah dengan Teleskop Luar Angkasa Spitzer menunjukkan, sisi siang hari planet itu mengalami suhu yang sangat terik, yaitu lebih dari 4.400 derajat Fahrenheit (2.427 derajat Celcius). Sedangkan sisi malam memiliki suhu yang lebih dingin, namun tetap mengerikan, yaitu sekitar 2.060 F (1127 C).
Dalam penelitian baru tersebut, penulis berhipotesis bahwa kedekatan planet dengan bintangnya menyebabkan pelepasan gas. Artinya, gunung berapi raksasa dan ventilasi termal terbuka, sehingga memuntahkan unsur-unsur panas kaya karbon ke atmosfer.
Namun semua itu tidak dapat bertahan lama di atmosfer karena panas yang ekstrem. Gas itu akhirnya terhempas, meninggalkan planet ini hingga pelepasan gas dimulai lagi.
Baca Juga: TRAPPIST-1, Tata Surya Lain dengan 7 Planet Kembaran Bumi
Berbeda dengan kebanyakan planet, atmosfer 55 Cancri e tidak stabil. Proses pelepasan gas tersebut mencoba menambah jumlah atmosfer, sementara radiasi ekstrim dan angin matahari dari bintang meledakkannya. Namun kedua proses itu tidak seimbang, sehingga menyebabkan planet terkadang memiliki atmosfer, namun terkadang tidak.
Para peneliti percaya ketidakseimbangan atmosfer planet itu dapat menjelaskan sinyal transit yang aneh. Saat planet berada pada fase botak tanpa atmosfer, tidak ada cahaya tampak yang keluar dari atmosfernya, karena memang tidak ada. Namun permukaan planet yang panas masih memancarkan cahaya infra merah.
Ketika atmosfer banyak, baik cahaya tampak maupun seluruh radiasi yang datang dari permukaan muncul dalam sinyal transit. Meskipun ini hanya hipotesis, JWST menawarkan cara untuk mengujinya. Dengan mengukur tekanan dan suhu atmosfer planet, para ilmuwan akan bisa menentukan apakah atmosfer itu selalu ada di sana. Sumber: Space.com
![Image](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/profile/thumbs/placeholder.jpg)