CO2 Ditemukan di Bulan Jupiter, Sisa Napas Alien?
ANTARIKSA -- Luar Angkasa James Webb (JWST) milik NASA telah mengungkapkan keberadaan karbon dioksida (CO2) di Europa, bulan es yang mengorbit Jupiter. Pendeteksian itu meningkatkan kemungkinan bahwa dunia air yang sangat dingin itu dapat menampung kehidupan.
CO2 adalah senyawa kimia yang terdiri dari satu atom karbon dan dua atom oksigen. Gas ini umumnya dihasilkan oleh semua hewan, tumbuh-tumbuhan, fungi, dan mikroorganisme pada proses respirasi. CO2 digunakan oleh tumbuhan pada proses fotosintesis.
Sementara, bulan Europa, yang sedikit lebih kecil dari bulan kita di Bumi, ditutupi lapisan es yang menyelimuti lautan air asin. Keberadaan air cair menjadikan Europa sebagai objek eksplorasi yang menarik bagi para ilmuwan yang tertarik pada kehidupan lain di luar bumi. Selama ini, belum ada yang menunjukkan bahwa lautan di luar bumi mengandung molekul yang tepat, khususnya karbon, yang merupakan bahan penyusun kehidupan di Bumi.
Deteksi baru yang dilakukan Teleskop Webb menarik karena karbon dioksida itu tampaknya tidak dibawa oleh meteorit atau asteroid, melainkan diproduksi sendiri di bulan tersebut. CO2 tersebut muncul di Tara Regio, sebuah wilayah di Europa yang secara geologis masih muda.
“Pengamatan sebelumnya dari Teleskop Luar Angkasa Hubble menunjukkan bukti adanya garam yang berasal dari laut di Tara Regio. Sekarang kita melihat bahwa karbon dioksida juga sangat terkonsentrasi di sana. Kami pikir ini menyiratkan bahwa karbon mungkin berasal dari lautan bagian dalam (Europa),” kata ilmuwan planet Universitas Cornell, Samantha Trumbo.
Baca Juga: Berapa Lama Perjalanan untuk Sampai ke Jupiter?
Trumbo adalah penulis utama salah satu dari dua makalah tentang pengamatan Europa yang diterbitkan dalam jurnal Science pada 21 September 2023. Berkat kekuatan teleskop terkuat di dunia itu, para peneliti hanya memerlukan beberapa menit dari waktu observatorium untuk memahami rincian baru tentang Europa.
Heidi Hammel dari Asosiasi Universitas Penelitian Astronomi mengatakan, para peneliti menemukan tanda-tanda karbon dioksida kristal dan amorf di Europa. Amorf adalah bentuk molekul yang tidak teratur, dibandingkan dengan pola kristal yang kaku. "Mereka melihat konsentrasi tinggi di tempat yang oleh para astronom disebut sebagai 'medan kekacauan', di mana kerak permukaan telah terganggu dan ada kemungkinan pergerakan material di antara keduanya, kerak bulan dan lautan bagian dalam," katanya.
Karena karbon dioksida di permukaan Europa tidak stabil dalam waktu lama, para peneliti percaya bahwa karbon tersebut muncul dari laut yang relatif baru. Menurut penelitian tahun 2022, permukaan Europa rata-rata berusia sekitar 60 juta tahun, seperti yang diperkirakan dari beberapa kawah yang menutupi es. Sementara, medan kekacauan umumnya lebih muda dari rata-rata tersebut.
Para ilmuwan merencanakan dua misi ke Europa dalam beberapa tahun mendatang. Misi Clipper NASA, yang diperkirakan akan diluncurkan pada tahun 2024, akan melakukan observasi dari orbit bulan tersebut, dengan fokus pada pencarian molekul dan kondisi yang mendukung kehidupan.
Baca Juga: Robot dari Arab akan Mendarat di Asteroid antara Mars dan Jupiter
Sementara itu, Badan Antariksa Eropa (ESA) akan meluncurkan pesawat luar angkasa Jupiter Icy Moons Explorer (JUICE) pada April 2024. Misi JUICE akan tiba di Jupiter pada tahun 2031. Pesawat itu akan melakukan 35 kali terbang lintas di tiga bulan milik raksasa gas; Europa, Ganymede, dan Callisto. Sumber: Live Science