Astronom Temukan Lubang Hitam Baru yang Paling Dekat dengan Bumi
ANTARIKSA -- Para astronom kemungkinan telah menemukan lubang hitam baru yang paling dekat dengan Bumi. Lubang antariksa yang mengerikan itu diduga bersembunyi di Gugus Bintang Hyades, yang terletak hanya sekitar 150 tahun cahaya dari Matahari.
Lubang hitam itu mungkin dikeluarkan dari gugusan bintang padat itu jutaan tahun yang lalu, kemudian berkeliaran di galaksi sendirian. Jarak black hole itu sekitar sepuluh kali lebih dekat dari lubang hitam yang sebelumnya dianggap paling dekat dengan Bumi.
Terlihat di konstelasi Taurus, Hyades adalah gugus terbuka yang terdiri dari ratusan bintang. Gugus terbuka seperti ini merupakan kumpulan bintang yang diyakini terbentuk pada waktu yang sama dari awan gas dan debu masif yang sama. Karena itu, bintang-bintang dalam cluster semacam ini diketahui memiliki karakteristik dasar yang sama, seperti komposisi kimia dan usianya.
Untuk mendeteksi lubang hitam terdekat dengan planet kita, tim yang dipimpin oleh Stefano Torniamenti, peneliti pascadoktoral di Universitas Padua, membuat simulasi pergerakan dan evolusi bebintang di Hyades. Simulasi juga dilakukan dengan persamaan adanya lubang hitam.
Baca Juga: NASA Temukan Lubang Hitam Supermasif sedang Mengincar Bumi
Para ilmuwan kemudian membandingkan hasil simulasi ini dengan pengamatan langsung yang dilakukan sebelumnya terhadap kecepatan dan posisi populasi bintang di gugus terbuka. Kumpulan data terakhir berasal dari teleskop luar angkasa Gaia.
“Simulasi kami hanya dapat mencocokkan massa dan ukuran Hyades secara bersamaan jika ada beberapa lubang hitam di pusat cluster saat ini,” kata Torniamenti dalam sebuah pernyataan yang dilnsir Space.com, Selasa, 12 September 2023.
Torniamenti dan rekannya menemukan, model yang paling sesuai dengan pengamatan Hyades adalah model yang menyertakan dua atau tiga lubang hitam di dalam gugus bintang. Selain itu, simulasi yang melibatkan lubang hitam di gugus bintang yang secara teoritis terlontar 150 juta tahun yang lalu, juga cocok dengan data Gaia.
Tim peneliti menjelaskan, jika lubang hitam tersebut terlempar dengan keras dari Hyades ketika gugus tersebut berusia sekitar seperempat dari usianya saat ini, sekitar 625 juta tahun, maka bukti adanya lubang hitam masih bisa terlihat.
Bahkan, jika lubang hitam tersebut saat ini sudah berada di luar Hyades, ia akan tetap menjadi lubang hitam terdekat dengan Bumi, meskipun berstatus nakal. Hal ini sesuai dengan simulasi yang menunjukkan bahwa jika lubang hitam saat ini tidak berada di Hyades, maka ia masih berada di dekatnya.
Sebelumnya, lubang hitam pemegang rekor terdekat dengan Bumi adalah Gaia BH1 dan Gaia BH2. Keduanya baru ditemukan menggunakan data Gaia pada tahun 2023 ini.
Baca Juga: Ilmuwan Temukan Lubang Hitam Raksasa, 30 Miliar Kali Ukuran Matahari!
Gaia BH1 terletak 1.560 tahun cahaya dari Bumi, sedangkan Gaia BH2 terletak sekitar 3.800 tahun cahaya. Meskipun ini berarti kedua lubang hitam tersebut terletak di halaman belakang Bumi (istilah kosmik), jarak keduanya masih 10 dan 20 kali lebih jauh dari gugus Hyades dengan kemungkinan 2 atau 3 lubang hitamnya.
Penelitian baru ini maupun penemuan Gaia BH1 dan BH2 sebelumnya memberikan contoh bagaimana Gaia, yang diluncurkan pada 2013, telah mengubah bentuk astronomi. Teleskop luar angkasa memungkinkan para astronom mempelajari posisi dan kecepatan masing-masing bintang dalam gugus seperti Hyades untuk pertama kalinya.
Gaia mampu melakukan terobosan tersebut karena secara akurat dapat mengukur posisi dan pergerakan miliaran bintang dengan latar belakang langit. Melacak pergerakan bintang dengan presisi tinggi membantu mengungkap pengaruh gravitasi yang menarik bintang-bintang tersebut. Gaia tetap melihatnya meskipun pengaruh tersebut berasal dari objek tersembunyi seperti lubang hitam bermassa bintang kecil.
"Pengamatan ini membantu kita memahami bagaimana keberadaan lubang hitam mempengaruhi evolusi gugus bintang,” kata Mark Gieles, peneliti dari Universitas Barcelona yabg penulis penelitian baru tersebut.
Hasil penelitian ini, kata Gieles, juga memberi para astronom wawasan tentang bagaimana objek misterius ini tersebar di seluruh galaksi. Penelitian tim ini telah dipublikasikan di jurnal Monthly Notices of the Royal Astronomical Society pada Juni, lalu. Sumber: Space.com