Mencari Planet ke 9: Benda Hipotesis dengan 20 Bulan
ANTARIKSA -- Ada misteri di tata surya kita yang mengelilingi orbit objek sabuk Kuiper. Belum ditemukan, namun jejak keberadaannya membuat ilmuwan penasaran.
Lebih dari satu triliun benda es yang lebih kecil dari bulan mengorbit matahari dalam cincin berbentuk donat di luar Neptunus. Anehnya, semua objek sabuk Kuiper luar itu berbentuk elips dengan cara yang sama, seolah-olah ditarik secara gravitasi ke satu arah.
Hipotesis utamanya adalah ada objek tak terlihat, lima hingga 10 kali massa Bumi, yang menyebabkan efek tarikan. Objek misterius tersebut diduga adalah Planet ke 9, pengganti Pluto.
Diketahui, objek di dalam sabuk Kuiper dapat memiliki satelit. Pluto, planet kerdil yang lebih kecil dari bulan kita dan bekas planet kesembilan di tata surya kita, berada di sabuk Kuiper dan memiliki lima bulan.
Pengamatan ilmuwan belum menemukan bahwa sumber gravitasi tersebut mengarah ke spekulasi inti planet jahat, lubang hitam kecil, atau bahkan sekelompok materi gelap. Spektrum gelombang optik, gelombang mikro, inframerah ataupun elektromagnetik biasa tidak mengarah ke benda-benda tersebut. Semua itu akan membuat objek sangat sulit dideteksi.
Pendekatan pendeteksian yang tidak biasa telah diusulkan oleh Man Ho Chan, profesor di Departemen Sains dan Studi Lingkungan di The Education University of Hong Kong. Dalam makalah berjudul 'Bagaimana jika planet 9 memiliki satelit?' yang dipublikasikan di Astrophysical Journal, Chan berfokus pada potensi keberadaan satelit yang mengorbit Planet 9.
Mencari bulan di sekitar planet yang belum ditemukan mungkin terdengar seperti tugas yang lebih sulit daripada menemukan planet itu sendiri. Namun, Chan mengilustrasikan bahwa jika Planet 9 memiliki objek satelit, objek tersebut akan memiliki tanda panas yang berfluktuasi saat mengorbit karena proses pemanasan pasang surut.
Tanda panas ini akan menjadi 2,5 kali lebih tinggi dari kisaran yang diharapkan pada Planet 9 itu sendiri, dan juga akan jauh lebih tinggi daripada objek sabuk Kuiper yang diketahui. Jejak panas dalam rentang ini seharusnya dapat dideteksi oleh instrumen Atacama Large Millimeter/submillimeter Array Observatory (ALMA), yang baru-baru ini mengalami peningkatan kemampuan.
Benarkah ada Planet 9?
Astronom Mike Brown dan Konstantin Batygin dari California Institute of Technology (CalTec), awalnya berusaha membuktikan bahwa tidak diperlukan adanya planet pada orbit luar yang aneh itu. Bentuk elips pada semua benda yang mengorbit disebut terjadi secara alami tanpa pengaruh massa tipe Planet 9.
Terlepas dari skeptisisme awal, pada tahun 2016, mereka menerbitkan sebuah makalah di Jurnal Astrofisika berjudul 'Bukti Planet Raksasa Jauh di Tata Surya' dan sejak itu mempersempit massa dan potensi lokasi orbit Planet 9. Menurut Chan, massa yang diusulkan para astronom CalTech untuk Planet 9 dapat menampung sebanyak 20 satelit, meningkatkan peluang mengamati tanda panas gaya pasang surut.
Mengapa belum ditemukan?
Jika itu adalah planet nakal atau sisa inti planet yang selamat dari huru hara tata surya awal, ia bisa memiliki orbit yang eksentrik. Benda-benda seperti itu cenderung dapat dilacak dari waktu ke waktu karena sebagian besar orbitnya berada pada bidang yang sama dan bergerak ke arah yang sama mengelilingi matahari. Orbit yang tidak berada di bidang itu dan bergerak ke arah yang berbeda akan sangat sulit dilacak.
Namun, berkat kerja Chan, para ilmuwan kini memiliki strategi yang bagus untuk menemukan mereka. Sebab, tidak ada mekanisme astrofisika lain di luar Neptunus yang dapat meningkatkan suhu ke rentang yang dirinci dalam makalah Chan. Satelit di luar Neptunus harusnya lebih dingin, dan Chan menawarkan sinyal yang jelas bahwa Planet 9, tidak peduli seberapa gelapnya, ada di luar sana. Sumber: Phys.org
Baca juga:
TRAPPIST-1, Tata Surya Lain dengan 7 Planet Kembaran Bumi
Astronom Temukan Planet Wolf, Kembaran Bumi Berpotensi Alien