10 Hal Menakjubkan tentang Pluto 2, Punya Jantung yang Mengontrol Iklim

ANTARIKSA -- Tujuh tahun lalu, pesawat ruang angkasa New Horizons NASA membuat sejarah. Setelah perjalanan hampir 10 tahun dan lebih dari 3 miliar mil, robot pemberani seukuran piano merangsek sedalam 7.800 mil lebih dekat dengan Pluto. Untuk pertama kalinya, ilmuwan melihat permukaan dunia yang jauh ini dalam detail warna yang spektakuler.
Pertemuan itu juga mencakup tampilan mendetail bulan terbesar Pluto bernama Charon, gunung yang menjulang, lapisan es raksasa, lubang, lereng curam, lembah, dan medan yang tidak terlihat di tempat lain di tata surya. Dan itu hanya permulaan.
New Horizons benar-benar telah mengubah persepsi ilmuwan terhadap mantan planet nomor 9 tersebut. Dugaan bahwa Pluto merupakan bola es lembam harus diusir jauh-jauh. “Jelas bagi saya bahwa tata surya menyimpan yang terbaik untuk yang terakhir!” kata Alan Stern, peneliti utama New Horizons dari Southwest Research Institute, Boulder, Colorado.
Para ilmuwan sekarang tahu, meskipun benar-benar dingin, Pluto adalah dunia yang menarik, aktif, dan bernilai ilmiah. Hebatnya, ia bahkan memegang beberapa kunci untuk lebih memahami planet-planet kecil lainnya di tata surya kita yang jauh. Pluto kini termasuk planet kecil atau yang sering disebut planet kerdil yang mengorbit matahari di Sabuk Kuiper, wilayah di luar Neptunus yang ditempati oleh benda-benda es.
Berikut adalah 10 temuan ilmuwan yang paling keren, aneh sekaligus tak terduga tentang sistem Pluto. Ini berdarsarkan data dari New Horizons yang telah dipelajari para ilmuwan sejak 2015. Nomor 6-10.
6. Pluto memiliki sel konveksi panas pada gletser raksasa Sputnik
Jika gambar permukaan Sputnik Planitia diperbesar, kita akan melihat sesuatu yang tidak seperti tempat lain di tata surya. Di antaranya, jaringan berbentuk poligonal aneh di es, masing-masing berdiameter setidaknya 10 kilometer, berputar di permukaan gletser. Meskipun mereka menyerupai sel di bawah mikroskop, tapi mereka bukan itu.
Mereka adalah bukti dari panas internal Pluto yang mencoba keluar dari bawah gletser, dan membentuk gelembung es nitrogen yang naik dan turun. Es hangat naik ke tengah sel sementara es dingin tenggelam di sepanjang tepinya. Tidak ada yang seperti itu di gletser Bumi mana pun, dan atau di mana pun di tata surya yang telah NASA jelajahi!
7. Pluto memiliki 'jantung' yang berdetak mengontrol atmosfer dan iklimnya
Sedingin dan jauhnya Pluto, tetapi jantungnya yang sedingin es masih berdetak setiap hari. Ia berirama menggerakkan atmosfer dan iklim Pluto seperti halnya Greenland dan Antartika membantu mengendalikan iklim Bumi.
Es nitrogen di Tombaugh Regio Pluto yang berbentuk jantung mengalami siklus setiap hari. Ia menyublim dari es menjadi uap di bawah sinar matahari siang dan mengembun kembali di permukaan selama malam yang dingin. Setiap putaran bertindak seperti detak jantung, mendorong angin nitrogen yang beredar di sekitar planet ini hingga 20 mph.
“Jantung Pluto sebenarnya mengontrol sirkulasi atmosfernya,” kata Tanguy Bertrand, seorang ilmuwan planet di NASA Ames Research Center di Mountain View, California.
Model prakiraan cuaca canggih yang dibuat Bertrand menggunakan data New Horizons menunjukkan, es menyublim di bagian utara jantung Pluto dan membeku di bagian selatan. Es ini kemudian mendorong angin kencang ke arah barat, anehnya berlawanan dengan putaran Pluto yang ke timur.
Angin ke arah barat itu, yang menabrak topografi terjal di pinggiran jantung Pluto, menjelaskan mengapa ada garis-garis angin di tepi barat Sputnik Planitia. "Hal itu menjadi luar biasa mengingat atmosfer Pluto hanya 1/100.000 atmosfer Bumi," kata Bertrand.
8. Pluto memiliki bukit pasir
Ini bukan Gurun Sahara atau Gurun Gobi. Ini adalah Pluto. Ratusan bukit pasir membentang setidaknya 45 mil (75 kilometer) dari tepi barat Sputnik Planitia. Para ilmuwan menduga mereka terbentuk baru-baru ini. Maksudnya dalam waktu astronomi.
Bukit pasir membutuhkan partikel kecil dan berkelanjutan, mendorong angin yang dapat mengangkat dan meniup butirannya. Dan terlepas dari gravitasinya yang lemah, atmosfer yang tipis, dingin yang ekstrem, dan seluruh komposisi permukaan es, Pluto tampaknya memiliki semua elemen yang dibutuhkan untuk membentuk bukit pasir.
Pegunungan air-es di pinggiran barat laut gletser Sputnik dapat menyediakan partikel, dan jantung nitrogen Pluto yang berdetak menyediakan angin. Namun, alih-alih itu pasir kuarsa, basal, dan gipsum yang biasa ditiup angin kencang di Bumi, para ilmuwan menduga bukit pasir di Pluto adalah butiran es metana berukuran pasir.
9. Pluto dan Charon hampir tidak memiliki kawah kecil
Menemukan kawah di permukaan planet adalah hal yang biasa di luar angkasa. Tetapi jika ada satu hal yang tidak normal tentang sistem Pluto, yaitu baik Pluto maupun si bulan Charon, tidak memiliki banyak kawah kecil. Semuanya besar.
“Itu mengejutkan kami karena ada lebih sedikit kawah kecil dari yang kami perkirakan, yang berarti juga ada lebih sedikit objek Sabuk Kuiper kecil dari yang kami harapkan,” kata Kelsi Singer, wakil ilmuwan proyek New Horizons dan penyelidik dari Southwest Research Institute di Boulder, Colorado. .
Analisis gambar kawah dari New Horizons menunjukkan beberapa objek berdiameter kurang dari sekitar satu mil membombardir Pluto dan Charon. Ini bisa berarti Sabuk Kuiper sebagian besar tidak memiliki objek yang sangat kecil.
"Hasil ini memberi kita petunjuk tentang bagaimana tata surya terbentuk karena mereka memberi tahu kita tentang populasi objek yang lebih besar, seperti Pluto dan bahkan mungkin Bumi," kata
10. Charon memiliki masa lalu vulkanik
New Horizons juga menangkap gambar menakjubkan bulan Charon dan mengungkapkan beberapa fenomena geologi yang mengejutkan di sana. Di sisi yang dicitrakan New Horizons dalam resolusi tinggi, Charon memiliki dua jenis medan yang berbeda, yaitu dataran luas yang membentang ke selatan yang secara resmi disebut Vulcan Planitia yang setidaknya seukuran California dan medan kasar yang biasa disebut Oz Terra yang membentang ke kutub utara Charon. Keduanya tampaknya terbentuk dari pembekuan dan perluasan sebuah samudra purba di bawah kerak Charon.
"New Horizons mengubah Pluto dari titik teleskopik kabur, menjadi dunia yang hidup dengan keragaman yang menakjubkan dan kompleksitas yang mengejutkan," kata Hal Weaver, ilmuwan proyek New Horizons di Laboratorium Fisika Terapan Johns Hopkins di Laurel, Maryland.
.
