Sains

Usai Menabrak Bumi, Apa yang Terjadi pada Asteroid Pemusnah Dinosaurus?

Asteroid pemusnah dinosaurus yang menghantam Bumi sekitar 66 juta tahun lalu itu sangat besar, lebarnya sekitar 12 kilometer. Kredit: Sven Bachstrom via Alamy

ANTARIKSA -- Sekitar 66 juta tahun yang lalu, masa kejayaan dinosaurus berakhir dengan tragis. Sebuah asteroid selebar sekitar 12 kilometer, yang melaju dengan kecepatan 43.000 km/jam, menghantam Bumi.

Tabrakan tersebut memicu serangkaian peristiwa mematikan yang berujung pada kepunahan dinosaurus, kecuali beberapa burung. Bagi bumi kita, itu adalah kepunahan massal kelima sepanjang sejarahnya.

Namun apa yang terjadi dengan asteroid seukuran Gunung Everest?

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Menurut profesor riset Center for Planetary Systems Habitability di University of Texas Austin, Sean Gulick, asteroid itu menjadi debu halus yang berakhir di atmosfer atas dan menghujani seluruh planet kita. "Ketika menabrak Bumi dengan energi sekitar 8 miliar kali lipat bom nuklir era Perang Dunia II, asteroid itu pada dasarnya menguap," ujar Gulick kepada Live Science, Senin, 22 September 2025.

Debu asteroid yang menghujani Bumi selama puluhan tahun kemudian membentuk apa yang dikenal sebagai anomali iridium. "Itu adalah lapisan batuan tipis yang mengandung iridium 80 kali lebih banyak daripada bagian lain di kerak Bumi," ujar Gulick. Meskipun iridium sangat terkonsentrasi di asteroid, hampir tidak ada di lapisan terluar Bumi, sebuah bukti kunci yang menghubungkan lapisan berusia 66 juta tahun itu dengan asteroid yang memusnahkan dinosaurus.

Baca: Asteroid Hantam Bumi, Mengapa hanya Dino yang Musnah?

Untuk saat ini, satu-satunya bongkahan asteroid yang diketahui keberadaannya adalah pecahan seukuran biji wijen yang ditemukan oleh Frank Kyte, seorang ahli geokimia di UCLA. Dalam laporannya di jurnal Nature pada 1998, Kyte mengatakan, potongan batuan tersebut ditemukan dalam sampel inti yang dibor di lepas pantai Hawaii.

Lebih banyak pecahan kecil diduga ditemukan pada tahun 2022, namun tinjauan sejawat tidak mendukung klaim tersebut. "Kita akan cukup beruntung jika menemukan bongkahan yang lebih besar," kata Gulick. Jika berhasil, para ilmuwan bisa mempelajari lebih lanjut tentang proses guncangan yang dialami asteroid sehingga bisa membuat perkiraan lebih akurat tentang tekanan dan suhu yang dialaminya.

Asteroid tersebut meninggalkan sejumlah petunjuk tambahan tentang perjalanannya, termasuk kawah besar yang diciptakannya ketika batu raksasa itu bertabrakan dengan Bumi. Dengan lebar sekitar 180 km dan kedalaman sekitar 20 km, kawah Chicxulub di wilayah Meksiko menyimpan bekas luka besar dari asteroid tersebut.

Kawah tersebut telah tertutup oleh batuan dan sedimen yang bergeser selama puluhan juta tahun, dan sebagian besar tersembunyi di bawah Teluk Meksiko. Namun, yang masih terlihat dari permukaan adalah lengkungan lubang runtuhan di sepanjang tepinya yang terbentuk dari batu kapur yang melemah.

Dampak tabrakan itu juga menghasilkan tsunami setinggi hampir satu mil yang bergerak melalui seluruh lautan, menggerakkan air secepat 143 km/jam. Gelombang besar tersebut menyebabkan tanda-tanda di dasar laut (megaripples) setinggi gedung lima lantai dan terawetkan jauh di bawah Louisiana. Survei seismik mengungkapkan, air yang membentuk riak-riak tersebut berasal dari arah kawah Chicxulub.

Selain itu, tumbukan itu memicu serangkaian dampak dahsyat lainnya, termasuk hujan asam yang mematikan dan badai api di seluruh planet. Namun, yang paling merusak adalah awan puing raksasa yang menyelimuti Bumi, mendinginkan planet secara drastis, menghalangi sinar matahari dan fotosintesis, serta memutus rantai makanan. Asteroid dan dampaknya secara luas disepakati sebagai penyebab kepunahan dinosaurus non-unggas dan pada akhirnya memusnahkan sekitar 75 persen spesies di Bumi.

"Sebagai bayangan, pelepasan energi itu seperti peperangan nuklir total, berulang kali, 10.000 kali," kata Alan Hildebrand, ilmuwan planet dan profesor madya di Universitas Calgary. Hildebrand ikut menulis makalah yang menerbitkan penemuan kawah Chicxulub pada tahun 1991, dan karya tersebut memberikan bukti utama yang menghubungkan kawah tersebut dengan kepunahan dinosaurus.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

- angkasa berdenyut dalam kehendak -