Ajaib! Ilmuwan Temukan Bintang Kembar Dekat Lubang Hitam Supermasif Bimasakti
ANTARIKSA -- Bintang kembar atau binary stars adalah fenomena yang umum di galaksi kita. Faktanya, sekitar setengah bintang di Bimasakti merupakan bagian dari sistem bintang kembar atau bahkan sistem multi-bintang.
Namun, ada satu tempat di mana keberadaan bintang kembar dianggap mustahil. Tempat itu adalah di pusat galaksi, dekat dengan lubang hitam supermasif Sagittarius A*. Anehnya, para astronom baru-baru ini berhasil menemukan sistem bintang kembar di sana.
Sistem Bintang D9: Keajaiban di Dekat Sagittarius A*
Sistem bintang yang ditemukan ini diberi nama D9. Usianya sangat muda, sekitar 3 juta tahun.
Sistem ini terdiri dari dua bintang: satu dengan massa sekitar tiga kali lipat massa Matahari, dan satunya lagi memiliki massa sekitar 75% massa Matahari. Orbitnya membawa mereka hingga sejauh 6.000 AU (satuan astronomi) dari Sagittarius A*, jarak yang tergolong sangat dekat jika mempertimbangkan kekuatan gravitasi ekstrem dari lubang hitam tersebut.
Wilayah dekat lubang hitam supermasif dikenal sangat berbahaya bagi bintang. Gravitasi kuat dari lubang hitam menciptakan gaya pasang surut (tidal forces) yang dapat menghancurkan bintang jika mereka terlalu dekat.
Gambar Baru Ungkap Sifat Asli Lubang Hitam Sagitarius A di Jantung Bima Sakti
Bahkan sistem bintang kembar seperti D9 seharusnya tidak bertahan lama. Sebab, gaya pasang surut cenderung memisahkan bintang-bintang tersebut atau menghancurkan sistem orbitnya.
Namun, D9 justru bertahan dalam lingkungan yang penuh tantangan ini. Simulasi menunjukkan bahwa dalam waktu sekitar satu juta tahun, pengaruh gravitasi lubang hitam akan menyebabkan kedua bintang ini bergabung menjadi satu bintang tunggal.
Walau masa hidupnya singkat dalam skala kosmik, keberadaan D9 menunjukkan bahwa wilayah di sekitar lubang hitam supermasif ternyata tidak sekeras yang selama ini dibayangkan oleh para ilmuwan.
Teknologi Canggih untuk Mengungkap Misteri
Penemuan sistem D9 merupakan keajaiban teknologi. Pusat galaksi kita tertutup oleh gas dan debu yang tebal, sehingga pengamatan dengan cahaya tampak hampir mustahil.
Para astronom memanfaatkan cahaya radio dan inframerah, menggunakan data dari Enhanced Resolution Imager and Spectrograph (ERIS) pada teleskop Very Large Telescope milik ESO, serta data arsip dari Spectrograph for Integral Field Observations in the Near Infrared (SINFONI).
Dengan data selama 15 tahun, para peneliti mampu memantau pergeseran merah dan biru (redshift dan blueshift) dari cahaya D9, mengungkap orbitnya yang berlangsung setiap 372 hari.
Penemuan sistem D9 memberi harapan baru bagi para astronom untuk menemukan lebih banyak bintang kembar di dekat pusat galaksi. Hal ini bisa menjadi kunci untuk memahami bagaimana sistem bintang seperti itu dapat terbentuk dan bertahan di dekat lubang hitam supermasif.
Penemuan ini tidak hanya memperluas wawasan kita tentang pusat galaksi, tetapi juga menunjukkan bahwa alam semesta masih menyimpan banyak misteri menakjubkan yang menanti untuk diungkap. Penemuan ini dipublikasikan di Junar