Kecepatan Cahaya: 5 Fakta Mencengangkan yang Perlu Kamu Ketahui!
ANTARIKSA -- Kita mungkin sering mendengar istilah kecepatan cahaya. Kecepatan cahaya yang bergerak melalui ruang hampa adalah tepat 299.792.458 meter (983.571.056 kaki) per detik.
Nilai itu setara dengan sekitar 186.282 mil per detik. Kecepatan cahaya adalah sebuah konstanta universal yang dikenal dalam persamaan dengan simbol "c," atau kecepatan cahaya. Lalu, sebenarnya apa itu kecepatan cahaya?
Dalam sebuah artikel di Space, Dr. Rob Zellem ilmuwan staf di Jet Propulsion Laboratory (JPL) milik NASA menjelaskan hal-hal menarik tentang kecepatan cahaya.
Dr. Rob Zellem memimpin proyek Exoplanet Watch, sebuah inisiatif sains warga untuk mengamati eksoplanet dengan menggunakan teleskop kecil. Ia juga menjabat sebagai pemimpin Kalibrasi Sains untuk Instrumen Koronagraf pada Teleskop Luar Angkasa Nancy Grace Roman, yang dirancang untuk mengambil gambar langsung dari eksoplanet.
Berikut ini fakta-fakta menarik tentang kecepatan cahaya:
Tak ada yang lebih cepat dibanding cahaya
Tidak ada! Cahaya adalah "batas kecepatan universal." Berdasarkan teori relativitas Einstein, kecepatan cahaya adalah yang tercepat di alam semesta, yaitu 300.000 kilometer per detik (atau 186.000 mil per detik).
Kecepatan Cahaya ternyata tidak selalu konstan
Kecepatan cahaya adalah konstanta universal saat bergerak di vakum, seperti ruang angkasa. Namun, saat melewati medium seperti air atau kaca, cahaya dapat melambat sedikit. Misalnya, di air kecepatannya turun menjadi 225.000 kilometer per detik, dan di kaca menjadi 200.000 kilometer per detik.
Kecepatan cahaya pertama dihitung dari pengamatan gerhana
Pada tahun 1676, astronom Denmark Ole Rømer adalah yang pertama mengukur kecepatan cahaya dengan mengamati gerhana satelit Jupiter, Io. Pengukuran presisi lebih tinggi dilakukan pada tahun 1879 melalui Eksperimen Michelson-Morley.
Cara ilmuwan mengetahui kecepatan cahaya
Ole Rømer memperhatikan bahwa waktu gerhana Io berubah tergantung pada jarak antara Jupiter dan Bumi. Ketika Jupiter lebih jauh, gerhana terlihat lebih lambat, dan saat lebih dekat, gerhana terjadi lebih cepat. Dari perbedaan ini, Rømer menyimpulkan bahwa cahaya membutuhkan waktu untuk menempuh jarak tertentu.
Sejarah Penemuan Kecepatan Cahaya
Diskusi tentang kecepatan cahaya sudah dimulai sejak zaman Yunani kuno. Filsuf Empedocles berpendapat bahwa cahaya memiliki kecepatan, sementara Aristoteles percaya bahwa cahaya bergerak secara instan. Eksperimen Galileo di abad ke-17 mencoba mengukur kecepatan cahaya menggunakan lentera di bukit, tetapi jaraknya terlalu pendek untuk hasil akurat.
Di tahun 1600-an, Ole Rømer mencatat perubahan waktu gerhana Io untuk menghitung kecepatan cahaya, meskipun hasilnya masih perkiraan kasar. Kemudian, fisikawan Inggris James Bradley meningkatkan presisi pengukuran dengan mengamati pergeseran posisi bintang akibat orbit Bumi di sekitar Matahari.
Pada abad ke-19, eksperimen yang lebih canggih dilakukan oleh Hippolyte Fizeau dan Leon Foucault, yang menggunakan roda bergerigi dan cermin berputar untuk menghitung waktu perjalanan cahaya. Pengukuran modern dimulai dengan karya Albert A. Michelson, yang menggunakan metode lebih akurat seperti tabung vakum panjang untuk menentukan kecepatan cahaya yang kita kenal sekarang: 299.792.458 meter per detik.