30 Tahun Salah Kaprah! Ini Fakta Mengejutkan Tentang Gliese 229B, Bintang Gagal Biner yang Pertama Ditemukan
ANTARIKSA -- Gliese 229B, sebuah objek kosmik yang sudah lama dipelajari kini mengejutkan para astronom. Objek yang dikenal sebagai Gliese 229B, yang sebelumnya dianggap sebagai "bintang gagal" tunggal, ternyata adalah sepasang "brown dwarf" yang sangat berdekatan dan mengorbit satu sama lain.
Temuan ini benar-benar mengubah pemahaman kita tentang Gliese 229B. Temuan baru mengungkap bahwa Gliese 229B bukanlah satu objek, melainkan dua objek yang membentuk sistem biner brown dwarf yang sangat ketat.
Penemuan ini menjadikan Gliese 229B sebagai sistem biner brown dwarf atau bintang katai cokelat pertama dari jenisnya yang pernah ditemukan. Hal ini membuka peluang baru bagi para astronom untuk menemukan sistem eksotis serupa di galaksi Bima Sakti.
Selain itu, temuan ini juga berhasil memecahkan misteri lama mengenai Gliese 229B, yaitu mengapa objek ini tampak terlalu redup dibandingkan dengan perkiraan massanya.
Jerry W. Xuan, salah satu peneliti dari California Institute of Technology (Caltech), mengatakan Gliese 229B dulunya dianggap sebagai contoh sempurna dari sebuah brown dwarf.
"Sekarang, kita mengetahui bahwa pemahaman kita selama ini salah. Gliese 229B ternyata bukan satu objek tunggal, melainkan dua brown dwarf yang sangat berdekatan. Kita baru bisa memecahkan teka-teki ini karena kemampuan observasi yang semakin canggih."
Brown Dwarf: Bintang Gagal yang Menarik
Brown dwarf sering dijuluki "bintang gagal" karena meskipun terbentuk dari awan gas dan debu yang runtuh seperti bintang biasa, bintang jenis ini gagal mengumpulkan massa yang cukup untuk memicu reaksi fusi hidrogen menjadi helium di intinya. Proses reaksi fusi adalah proses yang biasanya terjadi di bintang-bintang "sejati".
Brown dwarf berada di antara planet besar dan bintang dalam hal massa, yang menjadikan mereka objek yang menarik untuk dipelajari.
Gliese 229B terletak sekitar 19 tahun cahaya dari Bumi, mengorbit bintang katai merah bernama Gliese 229. Pada tahun 1995, Gliese 229B tercatat sebagai brown dwarf pertama yang berhasil ditemukan, menjadi contoh pertama dari bintang gagal ini dan memperkenalkan konsep brown dwarf kepada komunitas astronomi.
Saat ini, Gliese 229B kembali menjadi sorotan setelah ditemukan bahwa objek tersebut sebenarnya adalah sepasang brown dwarf yang sangat berdekatan satu sama lain.
Sistem Biner yang Ketat
Penemuan ini, yang dilakukan oleh tim astronom dari Caltech, mengungkap bahwa Gliese 229B sebenarnya terdiri dari dua objek, yang kini dinamai Gliese 229Ba dan Gliese 229Bb. Kedua brown dwarf ini dipisahkan oleh jarak hanya sekitar 6,1 juta kilometer—jika dibandingkan, ini hanya sekitar 16 kali jarak Bumi ke Bulan atau sekitar 4% dari jarak antara Bumi dan Matahari.
Keduanya mengorbit satu sama lain dengan periode orbit yang sangat singkat, yakni hanya 12 hari Bumi.
Penemuan ini memberikan jawaban atas pertanyaan lama yang muncul sejak Gliese 229B ditemukan: mengapa brown dwarf ini tampak lebih redup dibandingkan dengan massanya. Karena ternyata Gliese 229B bukan satu objek, melainkan dua, massa dan kecerahannya sekarang lebih masuk akal dalam konteks sistem biner brown dwarf.
Satu brown dwarf di sistem ini memiliki massa sekitar 38 kali massa Jupiter, sedangkan pasangannya memiliki massa sekitar 34 kali massa planet gas raksasa tersebut.
Mengungkap Misteri Brown Dwarf yang Terikat Erat
Temuan ini juga memperkenalkan konsep baru mengenai brown dwarf biner yang sangat dekat, dan membuka diskusi baru tentang bagaimana sistem seperti ini dapat terbentuk.
Secara umum, brown dwarf terbentuk dari awan gas dan debu yang runtuh, tetapi dalam kasus Gliese 229B, kemungkinan awan tersebut terbagi menjadi dua "benih" brown dwarf yang kemudian terikat secara gravitasi satu sama lain, membentuk sistem yang sangat dekat ini.
Menurut Dimitri Mawet, profesor astronomi di Caltech, "Penemuan bahwa Gliese 229B adalah sistem biner tidak hanya menyelesaikan ketegangan yang terjadi antara massa dan luminositasnya, tetapi juga memperdalam pemahaman kita tentang brown dwarf secara keseluruhan, yang berada di batas antara bintang dan planet raksasa."
Penemuan ini sangat penting karena brown dwarf selalu dianggap sebagai jembatan yang menghubungkan planet-planet raksasa dengan bintang-bintang yang memiliki massa paling kecil. Para astronom telah lama tertarik pada objek-objek ini karena mereka berperan sebagai "mata rantai yang hilang" dalam evolusi bintang dan planet.
Sejak 1960-an, para ilmuwan telah menduga keberadaan brown dwarf, namun baru pada pertengahan 1990-an, keberadaan mereka berhasil dibuktikan dengan penemuan Gliese 229B.
Rebecca Oppenheimer, salah satu peneliti yang berperan penting dalam penemuan awal Gliese 229B pada tahun 1995, menjelaskan bahwa penemuan awal ini sangat menggembirakan. "Melihat objek yang lebih kecil dari bintang tetapi mengorbit bintang lain adalah momen yang sangat menakjubkan. Penemuan ini memulai gelombang penelitian baru, tetapi Gliese 229B tetap menjadi teka-teki selama beberapa dekade."
Langkah Selanjutnya: Mencari Sistem Serupa
Untuk mengungkap dualitas Gliese 229B, tim astronom menggunakan dua instrumen canggih yang terpasang pada teleskop raksasa di Atacama Desert, Chili. Interferometer GRAVITY membantu memisahkan Gliese 229B menjadi dua objek terpisah, sementara spektrograf CRyogenic high-resolution InfraRed Echelle Spectrograph (CRIRES+) memungkinkan mereka mendeteksi spektrum cahaya dari kedua objek tersebut.
Dengan cara ini, mereka bisa mengamati pergeseran merah dan biru pada cahaya yang dipancarkan kedua brown dwarf, yang menunjukkan bahwa satu bergerak menjauh dari Bumi dan yang lain mendekat.
Penemuan ini menjadi langkah besar dalam studi astrofisika substelar, bidang yang mempelajari objek-objek yang berada di bawah batas massa bintang. "Dua dunia yang berputar satu sama lain ini sebenarnya lebih kecil dari Jupiter dalam hal radiusnya. Mereka akan tampak sangat aneh jika kita memiliki sesuatu yang serupa di tata surya kita," kata Oppenheimer.
Ke depan, tim astronom berencana untuk terus mencari sistem biner brown dwarf serupa, menggunakan instrumen canggih seperti Keck Planet Imager and Characterizer (KPIC) di Observatorium W. M. Keck, Hawaii. Selain itu, mereka juga menunggu peluncuran spektrograf HISPEC, yang sedang dikembangkan di Caltech, untuk membantu mereka mendeteksi lebih banyak sistem seperti Gliese 229B di masa mendatang.
Penelitian terbaru tentang Gliese 229Ba dan Gliese 229Bb ini diterbitkan dalam jurnal Nature pada 16 Oktober, dan telah menarik perhatian para astronom di seluruh dunia.
Seperti yang diungkapkan Shri Kulkarni, salah satu penemu awal Gliese 229B, "Sungguh luar biasa melihat bahwa hampir 30 tahun kemudian, ada perkembangan baru yang mengejutkan dalam studi ini. Sekarang, sistem biner ini kembali memukau kita."