Era Baru Dimulai, Uji Teknologi Pembangkit Listrik Berbasis Ruang Angkasa Berhasil
ANTARIKSA -- Demonstrasi laboratorium pertama telah menunjukkan bagaimana cara kerja transmisi tenaga surya dari luar angkasa. Demonstrasi oleh startup Space Solar yang berbasis di Inggris itu menguji perangkat pancaran khusus yang bisa mengirim daya 360 derajat secara nirkabel.
Hal itu penting untuk pembangkit listrik berbasis ruang angkasa di masa depan. Sebab, posisi pembangkit terhadap matahari dan bumi akan berubah setiap hari akibat rotasi planet kita.
Demonstrasi tersebut merupakan komponen kunci dari konsep pembangkit listrik tenaga surya berbasis ruang angkasa CASSIOPeiA yang sedang dikembangkan oleh Space Solar. Perusahaan itu membayangkan CASSIOPeiA bisa berada di luar angkasa dalam waktu satu dekade, menyediakan gigawatt energi bersih yang jauh lebih efisien dibandingkan pembangkit listrik tenaga surya di Bumi.
“Kami sangat senang bisa mendemonstrasikan fase selanjutnya dalam pengembangan teknologi kami,” kata co-CEO Space Solar, Martin Soltau dalam sebuah pernyataan melalui email. Menurut dia, keberhasilan pengujian Space Solar terhadap teknologi pancaran daya 360 derajat menandai momen penting dalam misi perusahaan untuk merevolusi tenaga surya berbasis ruang angkasa.
Baca Juga: Korsel Capai Rekor Energi Terkuat di Dunia, Fusi Nuklir Matahari
CASSIOPeiA akan ditempatkan di orbit geostasioner, jalur sekitar 36.000 kilometer di atas Bumi di mana kecepatan orbit satelit sesuai dengan kecepatan rotasi Bumi. Hal itu memungkinkan pesawat ruang angkasa pada ketinggian itu tampak melayang di atas wilayah tetap di Bumi.
Meskipun demonstrasi yang digunakan dalam percobaan laboratorium hanya memiliki lebar 0,5 meter, CASSIOPeiA pada akhirnya akan menjadi struktur modular besar dengan lebar sekitar 1,7 kilometer. Pabrik listrik itu terdiri dari panel surya besar dan ringan serta satu set cermin yang memanen sinar matahari.
CASSIOPeiA akan dirakit di orbit oleh robot, dan akan memerlukan 68 peluncuran megaroket Starship SpaceX untuk mengirimkan semua komponennya ke luar angkasa. Komponen yang baru-baru ini diuji akan memastikan satelit raksasa tersebut memiliki pandangan yang konstan terhadap Bumi dan Matahari untuk menyediakan energi bersih 24 jam dalam 7 hari. Bandingkan dengan pembangkit listrik tenaga surya di Bumi, yang hanya bekerja pada siang hari dan terpengaruh oleh cuaca buruk.
Kelemahan pembangkit listrik berbasis Bumi merupakan kekhawatiran utama, karena tidak mampu memastikan lampu tetap menyala selama cuaca buruk. Saat ini, jaringan listrik bergantung pada pembangkit listrik tenaga nuklir atau pembangkit listrik berbahan bakar gas dan batu bara sebagai cadangan, namun kedua teknologi tersebut mempunyai permasalahan masing-masing.
Pembangkit listrik tenaga nuklir menghasilkan limbah yang berpotensi berbahaya. Sedangkan pembangkit tenaga gas dan batu bara merupakan sumber emisi gas rumah kaca.
“Uji coba yang berhasil ini merupakan tonggak penting dalam mewujudkan tenaga surya berbasis ruang angkasa,” kata Kepala Eksekutif Badan Antariksa Inggris, Paul Bate.
Baca Juga: Agar Satelit tak Menjadi Sampah Antariksa, Teknologi Isi Ulang Bahan Bakar Dikebut
Cara Kerja CASSIOPeiA
Tenaga listrik yang dihasilkan CASSIOPeiA akan diubah menjadi gelombang radio frekuensi tinggi, yang akan dipancarkan ke Bumi. Gelombang tersebut kemudian akan diubah kembali menjadi tenaga listrik.
Demonstrasi tersebut juga menguji sistem penunjuk presisi yang akan memastikan gelombang tidak menimbulkan risiko keselamatan bagi manusia yang tinggal di sekitar stasiun penerima. Perkiraan peneliti, sebuah pembangkit listrik CASSIOPeiA dapat memberi listrik pada lebih dari satu juta rumah.
Pembangkit listrik tenaga surya di luar angkasa, meskipun sulit dibangun, akan menghasilkan energi 13 kali lebih efisien dibandingkan pembangkit listrik di Bumi. Sebab, pandangan mereka terhadap matahari tidak terhalang oleh gas atmosfer. Sumber: Space.com