Robot China Petakan 'Struktur' Tersembunyi di Sisi Gelap Bulan
ANTARIKSA -- Sejak pertama kali mendarat pada tahun 2018, Chang'e-4 China, pesawat ruang angkasa pertama yang pernah mendarat di sisi jauh bulan, telah mengambil pemandangan yang menakjubkan di sisi gelap bulan tersebut. Ia memotret kawah sisa tabrakan dan mengambil sampel mineral dari mantel bulan.
Pesawat antariksa itu telah memungkinkan para ilmuwan untuk memvisualisasikan lapisan struktur di atas 300 meter (1.000 kaki) permukaan bulan dengan detail yang lebih halus. Hasil visualisasi itu telah diterbitkan di Journal of Geophysical Research: Planets pada 7 Agustus 2023. Gambar itu mengungkap miliaran tahun sejarah bulan yang sebelumnya tersembunyi.
Berangkat ke bulan, Chang'e-4 membawa sebuah robot penjelajah bernama Yutu-2. Perangkat ini dilengkapi teknologi yang disebut Lunar Penetrating Radar (LPR) yang memungkinkannya mengirimkan sinyal radio jauh dari permukaan bulan. "Kemudian, ia mendengarkan gema yang menari kembali," kata penulis utama studi itu, Jianqing Feng. Ia adalah peneliti astrogeologi di Planetary Science Institute di Tucson, Arizona.
Para ilmuwan menggunakan gema atau gelombang radio yang memantul dari struktur bawah tanah, untuk membuat peta bawah permukaan bulan. Pada tahun 2020, para ilmuwan menggunakan LPR Yutu-2 untuk memetakan permukaan bulan setinggi 130 kaki (40 meter), tetapi belum menggali lagi lebih dalam hingga sekarang.
"Data baru ini menunjukkan permukaan bulan setinggi 130 kaki terdiri dari banyak lapisan debu, tanah, dan bebatuan yang pecah," kata Feng. Tersembunyi di dalam benda-benda ini adalah sebuah kawah yang terbentuk ketika sebuah benda besar menghantam bulan.
Feng dan rekan-rekannya berhipotesis bahwa puing-puing yang mengelilingi formasi ini adalah ejecta, yaitu puing-puing akibat benturan. Lebih jauh ke bawah, para ilmuwan menemukan lima lapisan berbeda dari lava bulan yang merembes melintasi lanskap miliaran tahun yang lalu.
Untuk diketahui, para ilmuwan percaya bulan kita terbentuk 4,51 miliar tahun yang lalu, tidak lama setelah terbentuknya tata surya itu sendiri. Bulan muncul ketika sebuah benda seukuran Mars menghantam Bumi dan menghancurkan sebagian planet kita. Bulan kemudian terus dibombardir oleh benda-benda dari luar angkasa selama kurang lebih 200 juta tahun. Beberapa tumbukan meretakkan permukaan bulan.
"Seperti Bumi, mantel bulan pada waktu itu berisi kantong bahan cair yang disebut magma, yang merembes keluar melalui retakan yang baru terbentuk dalam rangkaian letusan gunung berapi," kata Feng.
Data baru dari Chang'e-4 menunjukkan adanya proses yang melambat dari waktu ke waktu. Feng dan rekan-rekannya menemukan, semakin dekat dengan permukaan bulan, lapisan batuan vulkanik tampak semakin menipis. Ini menunjukkan bahwa lebih sedikit lahar yang mengalir pada letusan selanjutnya dibandingkan dengan yang sebelumnya. "(Bulan) perlahan mendingin dan kehabisan uap pada tahap vulkanik berikutnya. Energinya menjadi lemah seiring waktu," kata Feng.
Aktivitas vulkanik di bulan diperkirakan telah mereda sekitar 1 miliar tahun yang lalu, walaupun para ilmuwan telah menemukan beberapa bukti adanya aktivitas vulkanik 100 juta tahun yang lalu di bulan. Berhentinya aktivitas vulkanik membuat bulan sering dianggap 'mati secara geologis'. "Namun, mungkin masih ada magma jauh di bawah permukaan bulan," kata Feng.
Chang'e-4 belum selesai dengan pekerjaannya di bulan. Feng berharap pesawat itu akan terus bekerja dan memberikan wawasan lebih tentang formasi geologis yang berbeda dan tak terduga. Sumber: Space.com