Sains

India Bangun Observatorium Gelombang Penyebab Ruang-Waktu Melengkung

Fasilitas detektor gelombang gravitasi proyek LIGO di Livingston, Louisiana. Gambar: LIGO Collaboration
Fasilitas detektor gelombang gravitasi proyek LIGO di Livingston, Louisiana. Gambar: LIGO Collaboration

ANTARIKSA -- India akan segera membangun detektor yang akan memburu riak-riak kecil di jalinan ruang-waktu. Pada 6 April, Kabinet India yang diketuai Perdana Menteri Shri Narendra Modi, menyetujui 26 miliar rupee (318 juta dolar AS) untuk memulai pembangunan observatorium gelombang gravitasi baru di negara bagian barat Maharashtra. Observatorium, yang akan bekerja sama dengan empat fasilitas serupa di seluruh dunia, diharapkan mulai beroperasi pada 2030.

"Singkatnya, itu akan menambah kemampuan astronomi kami dan akan memungkinkan kami menawarkan masukan dan umpan balik tidak hanya ke India tetapi juga ke seluruh dunia. Dengan demikian memberikan peran global kepada India melalui media teknologi antariksa," kata Menteri Persatuan India, Shri Jitendra Sing.

Setelah siap, fasilitas penelitian India akan bergabung dengan jaringan observatorium Laser Interferometer Gravitational-Wave Observatory (LIGO) yang mencari gangguan gravitasi pada jalinan ruang-waktu, sebuah sinyal kosmik yang berasal dari beberapa peristiwa paling kejam di alam semesta. Ketika objek masif seperti lubang hitam atau bintang neutron berakselerasi, gerakannya menciptakan 'gelombang ruang-waktu' yang biasa dikenal sebagai gelombang gravitasi.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Para ilmuwan menggunakan detektor LIGO untuk mencari bukti bahwa gelombang gravitasi yang memancar ke segala arah dari sumbernya telah melewati Bumi. Gelombang itu disebut yang bisa merapatkan atau meregangkan ruang-waktu.

Misalnya, pada tahun 2015 lalu, para ilmuwan LIGO pertama kali mendeteksi gelombang gravitasi yang diciptakan oleh penggabungan lubang hitam. Deteksi tersebut mengkonfirmasi prediksi Albert Einstein bahwa ruang dan waktu tidak berbeda, tetapi terjalin bersama dalam struktur seperti kain yang melengkung, membentang, bahkan terlipat. Hal itu disebabkan oleh gelombang gravitasi objek raksasa yang bergerak dengan kecepatan tinggi, seperti bola yang berputar-putar di atas lembaran karet. Para ilmuwan sejauh ini telah mendeteksi setidaknya 50 sinyal seperti itu dari penggabungan lubang hitam dan bintang neutron.

Setiap kali detektor LIGO mengambil sinyal, ilmuwan perlu memastikan bahwa sinyal itu benar-benar berasal dari peristiwa di luar angkasa, dan bukan dari banyak sumber kebisingan di Bumi seperti gempa bumi, lalu lintas, atau bahkan detektor itu sendiri. Jadi, salah satu cara mereka menyeleksi sinyal positif atau palsu dengan mencari sinyal serupa dari empat detektor LIGO yang tersebar di seluruh dunia.

Dua detektor merupakan fasilitas kembar di Negara Bagian Washington dan Louisiana di AS, detektor ketiga disebut Virgo di Italia, dan detektor keempat bernama Gelombang Gravitasi Kamioka (KAGRA) di Jepang. Dengan jaringan empat detektor ini, para ilmuwan berharap dapat menentukan sumber yang memancarkan gelombang gravitasi, tidak peduli di langit mana objek itu berada.

Ilmuwan ingin keempatnya berjalan bersama untuk memastikan peristiwa itu terjadi. "Anda benar-benar membutuhkan lebih dari empat jaringan. LIGO India akan menjadi yang kelima yang sangat penting," kata tim LIGO.

LIGO-India, pertama kali disetujui pada tahun 2016 dan merupakan upaya bersama antara tiga lembaga penelitian India dan Institut Teknologi California (Caltech) serta Institut Teknologi Massachusetts (MIT) yang mengoperasikan detektor LIGO di AS. Pemerintah India kini telah menyetujui pembangunannya di Hingoli, sebuah kota sekitar 590 kilometer di timur ibu kota Maharashtra, Mumbai. Kota ini telah mencadangkan lahan seluas 70 hektar untuk fasilitas itu dan AS akan menyediakan infrastruktur senilai total 60 juta dolar AS. Sumber: Space.com

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

- angkasa berdenyut dalam kehendak -