NASA: Asteroid Hipotetis Menghantam Bumi 2036, Dampaknya akan Mengerikan

ANTARIKSA -- Para ilmuwan telah menjelaskan apa yang akan terjadi jika sebuah asteroid berada di jalur tabrakan dengan Bumi. Mereka menekankan perlunya pertahanan planet dari kehancuran yang meluas. Skenario asteroid hipotetis menggambarkan bagaimana ancaman asteroid bisa berkembang selama beberapa tahun ke depan dan potensi kehancuran yang dapat ditimbulkan oleh serangan tersebut.
Tim yang dipimpin oleh manajer Kantor Program Near Earth Object (NEO) NASA, Paul Chodas mempresentasikan latihan tersebut pada Konferensi Pertahanan Planet ke-8 di Wina, Austria pada Senin, 4 April 2023. Skenario asteroid simulasi yang dramatis itu menarik perhatian di sepanjang kegiatan tersebut.
Situasi hipotetis yang dikemukakan oleh Chodas dimulai pada 10 Januari 2023, dengan penemuan asteroid baru yang diberi nama 2023 PDC. Objek tersebut awalnya ditetapkan sebagai 'asteroid yang berpotensi berbahaya' (PHA). Ini berdasarkan klasifikasi NASA bahwa asteroid apa pun yang memotong orbit Bumi pada jarak sekitar 4,6 juta mil atau 7,4 juta kilometer dan memiliki magnitudo 22,0 saat ditemukan, termasuk PHA.
2023 PDC sedikit lebih terang dari bintang paling redup yang terlihat oleh Teleskop Luar Angkasa Hubble. Probabilitas dampak PDC 2023 awalnya hanya 1 banding 10.000, tetapi Chodas menjelaskan bahwa kemungkinan itu terus meningkat karena fasilitas pelacakan asteroid di Bumi terus mengikuti batuan luar angkasa, membatasi orbitnya mengelilingi matahari dengan lebih baik. Skenario menjadi serius pada 3 April 2023, ketika Chodas menetapkannya pada titik sebagai 'Epoch 1'.
"Hari ini adalah Epoch 1, kemungkinan dampaknya sekarang telah mencapai 1 persen," kata Chodas.
"Potensi dampaknya adalah 13 tahun dari sekarang, jadi tidak akan terjadi dalam waktu dekat, tapi kami sudah dapat memprediksi tanggal terjadinya dampak tersebut," kata dia.
Tanggal tabrakan potensial ditetapkan pada 22 Oktober 2036. Meskipun waktu persiapan lebih dari satu dekade, manajer program NEO itu menjelaskan keputusan penting harus dibuat sekarang. Namun, masih ada beberapa aspek yang tidak pasti, beberapa di antaranya merupakan karakteristik asteroid 2023 PDC itu sendiri, yang akan menjadi kunci bagaimana umat manusia menghadapi ancaman tersebut.
Masalah Pengukuran Asteroid 2023 PDC
Salah satu hal pertama yang akan dilakukan para astronom dengan waktu tunggu 13 tahun adalah menghitung ukuran asteroid dengan lebih baik. Menurut NASA, ini dilakukan dengan mengukur jumlah cahaya yang dipantulkan oleh asteroid ke luar angkasa, suatu kualitas yang disebut albedo. Semakin banyak cahaya yang dipantulkan, maka pada prinsipnya asteroid itu semakin besar.
Kesulitan dengan pengukuran ini berasal dari fakta bahwa albedo juga ditentukan oleh reflektifitas permukaan asteroid. Itu berarti asteroid kecil berwarna terang bisa memiliki albedo yang lebih besar daripada asteroid besar yang lebih gelap. Akibatnya, ada ketidakpastian besar dalam ukuran asteroid.
Ukuran PDC 2023 dihitung antara 720 dan 2.200 kaki (220 hingga 660 meter), tetapi bisa selebar 1,3 mil (2 km) jika permukaan asteroid gelap. Ukuran asteroid itu penting karena tidak hanya akan menentukan seberapa besar kerusakan yang ditimbulkannya, tetapi juga akan menentukan tindakan apa yang perlu diambil untuk mengalihkannya, atau apakah itu mungkin dilakukan.
"Bila Anda memiliki objek yang sangat besar, bahkan sebesar 2 kilometer dan ada kemungkinan yang sangat kecil, maka nuklir benar-benar merupakan metode utama di atas meja," kata Chodas. Artinya, untuk asteroid besar yang mengarah ke Bumi, penabrak kinetik seperti yang ditunjukkan oleh Uji Pengalihan Asteroid Ganda (DART) NASA baru-baru ini tidak akan menjadi pilihan untuk pengalihan.
Chodas menjelaskan, PDC 2023 terlalu dekat dengan matahari sehingga sulit menggunakan astronomi inframerah dalam menentukan ukurannya. Sebab, cahayanya akan tersapu oleh sinar terang matahari. Akibatnya, teleskop berbasis ruang angkasa yang mengandalkan pengamatan inframerah seperti Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST) dan Teleskop Luar Angkasa Hubble tidak akan banyak membantu mengamati batu ini. Demikian pula, asteroid akan berada terlalu jauh pada tahap awal pendekatannya untuk diukur dengan radar.
Menurut Chodas, yang bisa dilakukan saat ini terbatas pada pengamatan optik. Karena itu, jumlah data yang dapat dikumpulkan para astronom terkait PDC 2023 akan terbatas.
Salah satu opsi adalah mengirimkan pesawat ruang angkasa pengintai ke PDC 2023. Ini tidak hanya akan membantu kita memastikan ukuran dan massa asteroid dengan lebih baik, tetapi misi semacam itu akan membantu membatasi aspek penting lain dari asteroid yang sangat penting untuk mengurangi dampaknya terhadap Bumi, orbitnya.
Pada saat penemuannya dalam skenario hipotetis ini, PDC 2023 berada sekitar 124 juta mil atau 200 juta km dari Bumi, terlalu jauh untuk menilai orbitnya dengan tepat.
“Jauh dan redup, tetapi memiliki periode orbit yang sangat mirip dengan Bumi, bahkan sedikit lebih pendek, yang berarti asteroid perlahan-lahan akan mengejar Bumi dan dalam 13 tahun, ada kemungkinan keduanya akan bertemu dalam (titik hipotetis) warna merah kecil," kata Chodas.
"Ada ketidakpastian besar di mana (posisi) asteroid berada 13 tahun dari sekarang. Saat kami terus melacak asteroid, ketidakpastian itu akan mengecil."
Para astronom kemudian dapat mulai memprediksi dengan tepat di Bumi mana asteroid akan melakukan kontak dengan planet ini.
Dampak kerusakan pada Bumi dan manusia meluas...
