Gua di Mars Bisa Jadi Tempat Tinggal Astronot Masa Depan?
ANTARIKSA -- Astronot masa depan di Mars mungkin bisa menggunakan gua atau tabung lava sebagai tempat tinggal. Ilmuwan meyakini gua atau tabung lava bisa memberikan perlindungan dari kondisi keras di permukaan Mars, khususnya radiasi yang intens.
Gua-gua bawah tanah, dan khususnya gua-gua tabung lava yang relatif dalam, memberikan kemungkinan perlindungan bagi kehidupan di bawah kondisi permukaan Mars yang menantang. Namun, hingga saat ini, lokasi-lokasi tersebut belum dieksplorasi.
Bagaimana meneliti gua di Mars? Kini, peneliti di University of Arizona mengembangkan teknologi baru. Mereka membuat robot penjelajah kecil otonom yang dapat mulai menjelajahi gua-gua di Mars.
Penjelajah yang terinspirasi oleh dongeng Hansel dan Gretel akan menjatuhkan “remahan roti” berteknologi tinggi untuk menemukan jalan mereka.
Dalam hal ini, remahan roti atau breadcrumb akan menjadi sensor mini, yang akan digunakan robot di dalam gua untuk memantau lingkungan. Sensor ini juga membantu penjelajah tetap berhubungan satu sama lain.
Dengan cara ini, penjelajah dapat mencari tempat bawah tanah yang cocok untuk tinggal dan bekerja astronot di masa depan.
Jurnal Advances in Space Research menerbitkan rincian peer-review dari teknologi baru yang diusulkan pada 11 Februari 2023.
Mengapa menggunakan cara ini? Saat ini, penjelajah yang digunakan untuk meneliti di Mars terlalu besar sehingga agak sulit untuk menjelajahi gua. Penjelajah atau robot yang berukuran lebih kecil kemungkinan dapat melakukannya.
Di lingkungan bawah permukaan yang gelap itu, penjelajah harus dapat memantau lingkungan secara efisien dan tetap berhubungan satu sama lain. Ilmuwan juga membutuhkan "penjelajah induk" yang tetap berada di permukaan.
"Anda tahu bagaimana Hansel dan Gretel menjatuhkan remah roti untuk memastikan mereka menemukan jalan kembali. Dalam skenario kami, 'breadcrumb' adalah sensor miniatur yang membonceng rover, yang menyebarkan sensor saat melintasi gua atau lingkungan bawah permukaan lainnya," kata penulis utama Wolfgang Fink di University of Arizona.