Pertama Kali, Pesawat Antariksa NASA Terjun ke Matahari
ANTARIKSA -- Pesawat penantang matahari, Parker Solar Probe milik NASA telah menjadi pesawat ruang angkasa pertama yang terbang melalui lontaran massa koronal (CME) matahari. Dengan kameranya, ia merekam keseluruhan peristiwa neraka tersebut.
Video yang menakjubkan menunjukkan pesawat ruang angkasa itu melewati letusan besar-besaran matahari pada 5 September 2022. Parker Solar melonjak melalui putaran tepi depan gelombang (kejut) plasma sebelum meledak ke sisi lainnya.
Dengan mempelajari hasil atraksi Parker Solar, para ilmuwan akan mengumpulkan lebih banyak informasi terkait dinamika misterius di dalam matahari. Hal itu memungkinkan mereka memprediksi dengan lebih baik letusan matahari yang mengancam Bumi.
Mereka mempublikasikan temuan tersebut tepat setahun kemudian pada 5 September 2023 kemarin di The Astrophysical Journal. “Ini adalah jarak terdekat dengan matahari yang pernah kami amati dari CME.
Kami belum pernah melihat peristiwa sebesar ini pada jarak sejauh ini,” kata Nour Raouafi, ilmuwan proyek Parker Solar Probe di Laboratorium Fisika Terapan Johns Hopkins di Maryland.
Baca Juga: Kenapa Pesawat NASA tak Meleleh Saat Menyentuh Matahari?
CME adalah letusan seperti cincin asap yang dimuntahkan oleh bintik matahari, yaitu wilayah di permukaan yang membara tempat medan magnet kuat. CME diciptakan oleh aliran muatan listrik dengan ledakan yang membentuk simpul, sebelum tiba-tiba patah.
Setelah meluncur, CME melakukan perjalanan jutaan mil per jam, menyapu partikel bermuatan dari angin matahari untuk membentuk gabungan muka gelombang raksasa. Parker Solar diluncurkan ke arah matahari pada bulan Agustus 2018.
Wahana ini dilengkapi dengan pelindung panas dan radiator untuk pertemuan jarak dekat dengan matahari. Parker Solar juga hanya terbang 5,7 juta mil (9,2 juta km) di atas permukaan matahari ketika kameranya melihat CME menjilat di sisi-sisinya.
Tidak lama kemudian, pesawat ruang angkasa tersebut terjun lebih dulu ke tepi terdepan gelombang pasang plasma matahari. Ia pun merasakan diterpa pusaran plasma saat percikan angin matahari melintasi lensanya.
Wahana surya itu menghabiskan waktu dua hari untuk mengamati semburan matahari, sehingga memungkinkan para fisikawan mempelajari evolusi CME dengan detail yang belum pernah terjadi sebelumnya. Para ilmuwan melihat tiga tahap dalam evolusi letusan. Dua gelombang pertama, yaitu gelombang kejut dan plasma matahari, diikuti oleh aliran angin matahari, telah diamati sebelumnya. Namun tahap ketiga, jejak partikel yang bergerak lambat, membingungkan para ilmuwan.
“Anda mencoba model yang disederhanakan untuk menjelaskan aspek-aspek tertentu dari peristiwa tersebut, namun ketika Anda berada sedekat ini dengan Matahari, tidak satupun dari model ini dapat menjelaskan semuanya,” kata penulis utama penelitian itu, Orlando Romeo.
Baca Juga: Jika Badai Matahari Menghapus Internet, Apa yang akan Terjadi?
Fisikawan luar angkasa di University of California, Berkeley mengatakan, dalam pernyataan itu, mereka masih belum yakin apa yang terjadi di sana atau bagaimana menghubungkannya dengan dua bagian lainnya.
Mencari tahu cara kerja letusan matahari sangat penting untuk melindungi planet kita dari badai geomagnetik yang hebat. Meskipun medan magnet bumi mampu menyerap sebagian besar hantaman CME, badai geomagnetik yang lebih kuat dapat membengkokkannya, menyebabkan satelit di otbit jatuh ke bumi, merusak sistem kelistrikan, dan berpotensi melumpuhkan internet.
Badai matahari terbesar di zaman modern adalah Peristiwa Carrington tahun 1859, yang melepaskan energi setara dengan 10 miliar bom atom berukuran 1 megaton. Setelah menghantam Bumi, aliran kuat partikel matahari menggoreng sistem telegraf di seluruh dunia dan menyebabkan aurora yang lebih terang dari cahaya bulan purnama muncul hingga ke selatan Karibia.
Para ilmuwan memperingatkan, jika peristiwa serupa terjadi hari ini, hal itu akan menyebabkan kerusakan senilai triliunan dolar, memicu pemadaman listrik secara luas, dan membahayakan ribuan nyawa. Menurut NASA, badai matahari pada 1989 melepaskan gumpalan gas senilai miliaran ton yang menyebabkan pemadaman listrik di seluruh Quebec. Sumber: Live Science