Komposer Buat Simfoni Galaksi Bima Sakti yang Nadanya Diambil dari Data NASA, Mau Dengar?
ANTARIKSA -- Seorang komposer bernama Sophie Kastner menerjemahkan hal-hal yang tidak dapat didengarkan menjadi lagu. Dia menerjemahkan data yang berasal dari jantung Bima Sakti menjadi nada-nada simfoni yang bisa didengarkan.
“Ini seperti menulis cerita fiksi yang sebagian besar didasarkan pada fakta nyata,” katanya dalam sebuah pernyataan, dilansir dari Space.
Karyanya yang berjudul 'Where Parallel Lines Converge', diambil dari satu potret spesifik wilayah pusat galaksi Bima Sakti yang dikenal sebagai Pusat Galaksi. Data tersebut ditangkap dalam berbagai panjang gelombang cahaya yaitu sinar-X, inframerah dan optik. Data tersebut diambil oleh teleskop Chandra, Hubble dan Spitzer milik Badan Antariksa Amerika (NASA).
Lagu bisa didengarkan di link berikut:
Ada banyak data yang mewakili entitas menakjubkan di area tersebut. Misalnya gelembung gas terang dan ledakan bintang yang bercahaya, debu yang tebal, dan pembibitan bintang yang bersinar.
Untuk membuatnya menjadi lagu, Kastner memutuskan untuk fokus pada tiga elemen kunci. Yang pertama adalah sistem bintang ganda yang terungkap dalam panjang gelombang sinar-X.
Kedua adalah kelompok filamen melengkung dan yang ketiga adalah Lubang hitam supermasif Sagitarius A* yang mengintai di jantung Bima Sakti.
Bagaimana data teleskopik dapat diubah menjadi soundtrack alam semesta?
Di luar angkasa, tidak ada yang bisa mendengar kita berteriak. Namun, seseorang dapat melihat dan menafsirkan teriakan kita.
Dalam arti tertentu, gelombang suara dapat dianggap sebagai getaran yang merambat melalui atom dan molekul yang melayang di udara. Jika kita berteriak di luar angkasa, gelombang suara yang kita buat tidak akan bergetar.
Meskipun Pusat Galaksi dipenuhi dengan suara-suara yang luar biasa, kita tidak akan dapat mendengarnya kecuali terdapat cukup atom di sekitarnya untuk merambatkan gelombang suara tersebut.
Proyek Sonifikasi
NASA memiliki sebuah organisasi bernama "Proyek sonifikasi" yang berdedikasi memperkenalkan indra manusia yang lain ke dalam eksplorasi ruang angkasa.
Sama seperti para ilmuwan mengambil data teleskop sinar-X (panjang gelombang yang tidak dapat dilihat oleh mata manusia), dan menerjemahkannya ke dalam bentuk nyata, proyek sonifikasi mengambil data tersebut dan mengubahnya menjadi suara yang dapat kita dengarkan.
Upaya sonifikasi seperti ini sangat dipuji oleh komunitas ilmiah. Sebab, upaya ini bisa mendekatkan penggemar ruang angkasa yang memiliki gangguan penglihatan dengan apa yang ada di ruang angkasa yang jauh.