Starlink Elon Musk Dinilai akan Mengancam Peradaban
ANTARIKSA — Perusahaan milik Elon Musk, SpaceX kembali mendapat aduan terkait proyek mega instalasi Starlink yang direncanakannya. Kali ini, pesaing broadband satelit SpaceX, Viasat melaporkannya kepada The Federal Communications Commission (FCC) pada Senin, 2 Mei 2022.
Menurut Viasat, semakin banyak bukti tentang kebutuhan melakukan tinjauan lingkungan sebelum menyetujui rencana SpaceX untuk menambah sekitar 30 ribu satelit ke konstelasi Starlink-nya.
"SpaceX seharusnya tidak diizinkan untuk memperluas jaringan Starlink secara besar-besaran, sementara masalah polusi cahaya di sekitar satelit yang dikerahkannya belum terselesaikan hingga saat ini," kata
Wakil Presiden dan Wakil Kepala Urusan Pemerintah Viasat, Jarrett Taubman dalam sebuah surat kepada regulator, FCC.
Untuk diketahui, seruan untuk tinjauan lingkungan menyeluruh yang dibuat Viasat untuk generasi satelit Starlink pada Desember 2020 sebagian besar ditolak. Taubman mengatakan, rencana SpaceX untuk menumbuhkan konstelasi sebanyak tujuh kali lipat akan memiliki efek estetika, ilmiah, sosial dan budaya, serta kesehatan yang signifikan pada lingkungan manusia di Bumi.
SpaceX telah mengerahkan setengah dari 4.408 satelit Starlink generasi pertama yang telah disetujui FCC untuk beroperasi pada ketinggian sekitar 550 kilometer. SpaceX sejak tahun lalu mengajukan izin kepada FCC untuk konstelasi Starlink generasi kedua yang lebih besar. Starlink gen-2 itu akan beroperasi di ketinggian yang lebih rendah, antara 340 dan 614 kilometer, untuk meningkatkan kinerjanya.
Viasat dan para astronom mengatakan, mengoperasikan lebih banyak satelit secara signifikan, apalagi lebih dekat dengan Bumi akan memperburuk polusi cahaya oleh Starlink. Dalam menolak petisi Viasat sebelumnya, FCC mendesak SpaceX untuk terus bekerja sama dengan para astronom untuk mengurangi kecerahan satelitnya.
SpaceX menjawab, pihaknya menggabungkan pelindung pada satelit Starlink untuk mencegah sinar matahari terpantul. Kemudian, menerapkan langkah-langkah lain dengan para astronom untuk mengurangi gangguan. Namun dalam surat terbaru Viasat kepada FCC, Taubman mengatakan, upaya itu belum sepenuhnya mengurangi masalah polusi cahaya konstelasi Starlink.
“Ada banyak bukti, termasuk analisis oleh para ahli independen, tentang dampak buruk, berkelanjutan, dan peningkatan dari operasi Starlink di langit malam, terlepas dari upaya semacam itu,” kata Taubman.
Surat itu merujuk ke makalah astronom yang diterbitkan di Nature Astronomy pada April lalu, yang mengatakan tidak ada teknik yang Starlink dan rasi bintang orbit rendah bumi (LEO) yang dapat sepenuhnya menghindari dampak merugikan ilmu astronomi. Mengurangi peluncuran satelit secara signifikan adalah satu-satunya mitigasi yang dapat menghindari masalah ini.
Sebelumnya, Badan Antariksa Ameriksa juga telah mengadukan permasalahan Starlink SpaceX. Dalam surat kepada FCC pada 8 Februari, NASA mengatakan jaringan Starlink gen-2 yang diusulkan SpaceX dapat menggandakan jumlah gambar Teleskop Luar Angkasa Hubble yang berisi coretan satelit. Dengan jumlah Starlink saat ini, 8 persen dari semua gambar mendapat coretan itu. Selain itu, lebih banyak Starlink akan merusak kemampuan Amerika Serikat untuk mendeteksi asteroid dan berpotensi mengarahkannya menuju Bumi.
"NASA memperkirakan bahwa akan ada Starlink di setiap gambar survei asteroid yang diambil untuk pertahanan planet terhadap dampak asteroid yang berbahaya, mengurangi efektivitas survei asteroid dengan membuat sebagian gambar tidak dapat digunakan," kata NASA dalam surat yang ditandatangani oleh Samantha Fonder, perwakilan NASA kepada Grup Antariksa Transportasi Antariksa Komersial.
SpaceX hingga saat ini tidak menanggapi Space News yang meminta tanggapan mereka. Kenyataannya, dari 17 misi Falcon 9 tahun ini, 10 misi telah dilakukan untuk meluncurkan Starlink. Batch berikutnya dari satelit Starlink dijadwalkan meluncur pada 5 Mei.
Sumber: Space News