Setelah Matahari Mati, Ilmuwan Temukan Kemungkinan Adanya Kehidupan
ANTARIKSA -- Ketika bintang mulai kehabisan hidrogen sebagai bahan bakarnya, mereka mengembang dan mendingin, menjadi raksasa merah. Matahari akan memasuki fase ini dalam empat hingga lima miliar tahun ke depan, menelan Merkurius, Venus, dan mungkin Bumi.
Setelah bahan luar tertiup perlahan dan hidrogen habis, inti matahari yang panas akan tetap ada, menjadi bara yang perlahan mendingin selama miliaran tahun. Pada fase ini, bintang kita disebut katai putih. Hampir semua bintang, termasuk Matahari, pada akhirnya akan menjadi katai putih, tetapi sangat sedikit yang diketahui bagaimana kemudian sistem planet mereka. Bagaimana tata surya setelah matahari mati pada lima miliar tahun ke depan?
Baru-baru ini, ilmuwan menemukan cincin puing-puing planet yang bertatahkan struktur seukuran bulan mengorbit dekat dengan bintang katai putih. Struktur yang diduga sebuah planet itu berada pada zona layak huni, di mana air dan kehidupan bisa saja ada.
Dalam studi yang dipublikasikan di Monthly Notices of the Royal Astronomical Society, tim peneliti internasional mengukur cahaya dari bintang mati di galaksi Bima Sakti yang dikenal sebagai WD1054–226. Pengukuran menggunakan data dari teleskop berbasis darat dan luar angkasa.
Para peneliti mengamati WD1054–226 berjarak 117 tahun cahaya dengan merekam perubahan cahayanya selama 18 malam menggunakan kamera kecepatan tinggi ULTRACAM yang dipasang pada ESO 3.5m New Technology Telescope (NTT) di La Observatorium Silla di Chili. Untuk menginterpretasikan perubahan cahaya dengan lebih baik, para peneliti juga melihat data dari NASA Transiting Exoplanet Survey Satellite (TESS). Dengan data itu, para peneliti mengkonfirmasi struktur planet memiliki orbit 25 jam.
Zona layak huni adalah area di mana suhu secara teoritis memungkinkan air cair ada di permukaan planet. Sementara, zona layak huni untuk planet yang mengorbit katai putih akan lebih kecil karena cahaya dari bintangnya sedikit. Dengan alasan yang sama, planet juga harus lebih dekat dengan bintangnya.
Yang mengejutkan, para peneliti menemukan penurunan cahaya yang signifikan sesuai dengan 65 awan dari puing-puing planet dengan jarak yang sama, yaitu mengorbit bintang itu setiap 25 jam. Para peneliti menyimpulkan, keteraturan yang tepat dari struktur transit, meredupkan cahaya bintang setiap 23 menit sekali. Hal itu menunjukkan awan-awan itu berada dalam pengaturan yang begitu tepat oleh sebuah planet terdekatnya.
"Ini adalah pertama kalinya para astronom mendeteksi segala jenis benda planet di zona layak huni katai putih. Struktur seukuran bulan yang kami amati dalam ketidakberaturan dan berdebu, benda bulat. Keteraturan mutlak mereka, satu lewat di depan bintang setiap 23 menit, adalah misteri yang saat ini tidak dapat kami jelaskan," kata penulis utama, Profesor Jay Farihi, Fisika & Astronomi UCL.
Farihi mengatakan, kemungkinan yang menarik adalah benda-benda itu berada dalam pola orbit yang pas karena pengaruh gravitasi dari planet terdekat. Tanpa pengaruh ini, gesekan dan tabrakan akan menyebabkan struktur awan itu berhamburan. Sementara keteraturan yang mereka lihat sama seperti cara gravitasi bulan di sekitar Neptunus dan Saturnus yang menciptakan struktur cincin yang stabil di orbit mereka.
"Kemungkinan ada sebuah planet di zona layak huni yang menarik, tapi kami tidak (bertujuan) mencari ini. Namun, penting untuk diingat bahwa lebih banyak bukti diperlukan untuk mengkonfirmasi keberadaan sebuah planet," kata dia. Artinya, dia mengisyaratkan adanya pengamatan lebih lanjut sehingga dikonfirmasi dengan baik.
Diharapkan, orbit di sekitar katai putih itu tersapu bersih, dan setiap planet yang berpotensi menampung air bisa berkembang. Dengan begitu, daerah itu akan dapat dihuni setidaknya satu miliar tahun ke depan meskipun bintangnya redup. Baca: Teori Baru, Bintang yang Sekarat Masih Bisa Membentuk Planet.
Tidak semuanya, namun lebih dari 95 persen bintang di alam semesta pada akhirnya akan menjadi katai putih. Pengecualiannya adalah bintang terbesar yang meledak dan menjadi lubang hitam atau bintang neutron supernova. Baca: Proses Kematian Matahari Menurut Ilmuwan.
"Karena Matahari kita akan menjadi katai putih dalam beberapa miliar tahun, penelitian kami memberikan gambaran sekilas tentang masa depan tata surya kita," kata Profesor Farihi.
Menantang astronom
Kemungkinan adanya planet yang mengorbit katai putih menjadi tantangan baru bagi para astronom. Sebab, bintang ketaia putih jauh lebih redup daripada bintang hidup seperti Matahari. Sejauh ini, para astronom hanya menemukan bukti tentatif adanya raksasa gas yang mengorbit katai putih.