ITS Kembangkan Sistem Pengawas Drone, Begini Cara Kerjanya
ANTARIKSA -- Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tengah mengembangkan sistem operasional lalu lintas Pesawat Udara Tanpa Awak (PUTA). Berkolaborasi dengan Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI), yakni AirNav Indonesia cabang Surabaya dan PT Aerotek Global Inovasi (Beehive Drones), mereka membangun sistem bernama UAVITS.
Menurut ITS, UAVITS telah diuji coba final di Terminal Umum Delta Artha Bahari Nusantara (DABN) Pelabuhan Probolinggo pada Rabu, 7 Desember 2023. Ketua Pelaksana Penelitian tersebut, Ir Tri Achmadi menjelaskan, pada penelitian ini dikembangkan sebuah sistem monitoring PUTA untuk mendistribusikan logistik kesehatan antarpulau.
Penelitian tersebut merupakan tahun kedua setelah sebelumnya sukses dengan inovasi drone logistik tanpa awak pada November 2021. “Tahun lalu kami berinovasi dalam operasional, sedangkan tahun ini kami berfokus pada sistemnya,” kata Tri melalui pernyataan tertulis yang dikirim ITS.
Manajer Science Techno Park (STP) Kluster Inovasi Kemaritiman ITS itu mengungkapkan, pada tahap final uji coba untuk UAVITS, PUTA yang mengangkut logistik kesehatan diterbangkan dari Pelabuhan DABN menuju Pulau Gili Ketapang, Probolinggo.
Menurutnya, uji coba ini membuktikan PUTA dapat menempuh perjalanan melintasi perairan dalam jarak yang cukup jauh. “Karena cukup jarang PUTA beroperasi melintasi laut, umumnya hanya di daratan,” kata dia.
Cara kerja sistem UAVITS
Salah satu anggota tim penelitian, Muhammad Bagus Istighfar mengungkapkan, sistem tersebut memindai data melalui transponder. Itu adalah pemancar radio yang akan menyampaikan sinyal ke sistem UAVITS. Selanjutnya, data pada sinyal tersebut akan diolah untuk menampilkan navigasi dari PUTA.
Mahasiswa Departemen Teknik Informatika ITS itu juga mengatakan, live monitoring menjadi fitur unggulan pada UAVITS. Fitur tersebut menampilkan kecepatan, ketinggian, dan koordinat posisi dengan durasi pengambilan data lima detik sekali. Bagus menambahkan, UAVITS juga telah menampilkan informasi tingkat keamanan lintasan PUTA. “Sistem bisa mendeteksi area safe, warning, dan danger,” kata dia.
Selain itu, UAVITS menawarkan fitur verifikasi data perizinan yang dapat membantu pemilik menerbangkan drone, baik saat lepas landas maupun pendaratan secara legal. Autentifikasi dilakukan dengan pengunggahan dokumen pilot agar dapat diverifikasi oleh AirNav.
Penelitian ini merupakan kolaborasi dua departemen di ITS, yakni Departemen Teknik Transportasi Laut dan Departemen Teknik Informatika. Tak hanya melibatkan mahasiswa, penelitian juga melibatkan dosen dari kedua departemen. Dosen-dosen tersebut di antaranya Muhammad Riduwan SKom MKom, Agus Budi Raharjo SKom MKom PhD, dan Siska Arifiani SKom MKom.
Penelitian ini juga didukung oleh program Matching Fund gelombang V tahun 2022 oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi (Ditjen Diktiristek) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI. Inovasi yang diteliti selama bulan September hingga Desember 2022 itu menerima respon positif dari kedua mitra.
Menurut Junior Manager Perencanaan dan Evaluasi Tower AirNav Indonesia cabang Surabaya, Murdianto Kusumadewa, UAVITS merupakan suatu gebrakan yang bagus di tengah pergerakan PUTA yang tidak terkawal di Indonesia. “Dengan adanya penelitian ini bisa diaplikasikan dalam regulasi, sehingga drone di Indonesia bisa dimonitor lebih dalam,” katanya.
Hal senada disampaikan CEO Beehive Drones, Albertus Gian Dessayes Adriano. Ia berharap dengan adanya UAVITS, regulasi PUTA di Indonesia menjadi lebih jelas. Hal ini akan memudahkan pengoperasian PUTA di Indonesia dan membuka peluang industri.
“Kesempatan industri untuk bisa menyuplai transponder pada drone dapat mewujudkan kedaulatan industri udara di Indonesia,” tutur alumnus Departemen Teknik Material dan Metalurgi ITS tersebut.