India Berhasil Saingi Starship SpaceX, Membuat Pesawat Antariksa ala 'Lion Air'
ANTARIKSA -- India untuk pertama kalinya mendaratkan prototipe pesawat ruang angkasa yang dapat digunakan kembali. Hal itu menandai tonggak utama India dalam mengejar akses murah ke ruang angkasa.
Untuk diketahui, penggunaan pesawat antariksa sekali pakai membuat anggaran badan antariksa manapun membengkak. Karena itu, mereka berlomba membuat teknologi lanjutan agar pesawat ruang angkasa bisa digunakan kembali, berkali-kali, selayaknya pesawat komersial Lion Air di Indonesia.
Teknologi pertama berhasil dibuat oleh pesuahaan swasta SpaceX. Raksasa industri antariksa milik Elon Musk itu membuat Starship, pesawat luar angkasa yang akan membawa manusia ke bulan, bahkan di Mars. Starship teruji bisa mendarat dengan mulus dan bisa digunakan kembali.
Pada hari Ahad 2 April 2023, Organisasi Penelitian Antariksa India (ISRO) Badan Antariksa Nasional India, mengumumkan mereka telah menyelesaikan percobaan kedua dari empat percobaan yang dirancang. Mereka menyiapkan Robotic Reusable Launch Vehicle (RLV) di luar angkasa.
Eksperimen terbaru, Reusable Launch Vehicle Autonomous Landing Mission (RLV LEX), dilakukan di fasilitas uji milik Organisasi Penelitian dan Pengembangan Pertahanan (DRDO) di Karnataka, sebuah negara bagian di selatan India. Sebagai bagian dari misi, pesawat ruang angkasa sepanjang 21 6,5 meter diterbangkan oleh helikopter Chinook Angkatan Udara India ke ketinggian 4,5 kilometer dan dilepaskan di udara pada pukul 7.00 pagi waktu India, Sabtu, 1 April 2023.
Kemudian, miniatur pesawat luar angkasa yang masih dikembangkan itu menunjukkan kemampuan unik. Ia melakukan serangkaian pendekatan dan manuver yang membantunya mendarat dengan aman 30 menit kemudian, pada pukul 7.40 waktu setempat di landasan yang dioperasikan oleh fasilitas uji yang sama.
"Dengan LEX, impian Kendaraan Peluncuran yang Dapat Digunakan Kembali India tiba selangkah lebih dekat pada kenyataan," kata ISRO dalam sebuah pernyataan. Menurut agensi itu, ujian itu juga membuat rekor penggunakan helikopter dalam mengangkat tubuh bersayap setinggi 2,8 mil.
Kondisi yang dinilai dalam tes ini adalah kecepatan tinggi pendaratan pesawat ruang angkasa 217 mph atau 350 kph. "Kecepatan ini serupa dengan apa yang akan dialami kendaraan peluncuran yang memasuki kembali atmosfer Bumi dari luar angkasa," kata ISRO.
Tes ini adalah yang kedua dari empat percobaan yang didedikasikan untuk mengasah berbagai aspek kendaraan peluncuran yang dapat digunakan kembali. Tes pertama, Eksperimen Penerbangan Hipersonik (HEX), dilakukan pada Mei 2016. Pada saat itu, ISRO telah menguji prototipe pesawat luar angkasa dengan meluncurkannya di atas roket HS9, yang membawa pesawat seberat 1,5 ton ke atmosfer bumi yang lebih rendah.
ISRO menyatakan misi singkat itu sukses ketika pesawat terbang ke tempat yang telah ditentukan sebelumnya, di Teluk Benggala. Bagaimanapun, eksperimen pertama tidak menguji kemampuan kendaraan peluncuran untuk mendarat di landasan pacu, yang menjadi fokus terbaru misi itu hampir tujuh tahun kemudian.
ISRO mulai mengerjakan misi pendaratan ini pada 2019. Mereka membangun sebagian besar teknologi yang digunakan pesawat luar angkasa selama pengujian, termasuk sistem navigasi onboard dan berbagai sensor yang memandu pesawat ke pendaratan yang aman.
"Teknologi ini juga dapat disesuaikan dengan armada kendaraan peluncuran milik agensi, yang akan membantu membuat penggunaan berulang yang lebih hemat biaya," kata ISRO.
Pada Januari 2021, ISRO mengumumkan rencana membangun teknologi peluncuran roket yang dapat digunakan kembali sebelum akhir dekade ini. "Rencana itu merupakan salah satu upaya ISRO yang paling menantang secara teknologi," kata badan tersebut sebelumnya. Dengan keberhasilan tes kedua pada Ahad, ISRO telah mengambil langkah lain untuk mewujudkan tujuannya. Sumber: Space.com