News

Mengenal HAARP Militer AS yang Dituding Penyebab Gempa Turki

Susunan antena HAARP dekat Gakona, Alaska. Gambar: Michael Kleiman, Angkatan Udara AS melalui Live Science
Susunan antena HAARP dekat Gakona, Alaska. Gambar: Michael Kleiman, Angkatan Udara AS melalui Live Science

ANTARIKSA -- High-frequency Active Auroral Research Program (HAARP) atau Program Penelitian Auroral Aktif Frekuensi Tinggi kembali dituding sebagai penyebab bencana mematikan. Kali ini, HAARP disebut sebagai penyebab gempa magnitudo 7,8 yang mengguncang Turki dan Suriah pada Senin, 6 Februari 2023. Hingga kini, gempa itu telah menelan lebih dari 10 ribu orang dari kedua negara terdampak.

Program HAARP yang misterius memang kerap menjadi sasaran penganut teori konspirasi. Sudah beberapa dekade, HAARP ramai diperbincangkan karena dianggap sebagai senjata pengendali iklim militer Amerika Serikat (AS) yang bisa menyebabkan bencana alam seperti banjir dan gempa bumi. HAARP saat itu memang dioperasikan oleh militer di Departemen Pertahanan (DoD) AS. Lalu, apa itu HAARP?

Melansir situs resminya, HAARP adalah upaya ilmiah yang ditujukan untuk mempelajari sifat dan perilaku ionosfer. Menurut NASA, ionosfer membentang pada 50 hingga 400 mil di atas permukaan bumi, tepat di tepi ruang angkasa. Bersama dengan atmosfer atas yang netral, ionosfer membentuk batas antara atmosfer bawah Bumi (tempat kita bernapas) dan ruang hampa udara.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Berdiri pada 1993, HAARP didanai oleh Angkatan Udara, Angkatan Laut, Universitas Alaska, dan Badan Proyek Penelitian Lanjutan Pertahanan (DARPA) AS. Militer AS tertarik pada ionosfer karena bagian atmosfer ini berperan dalam mentransmisikan sinyal radio. HAARP mengirimkan sinar radio ke ionosfer untuk mempelajari respons darinya.

HAARP beroperasi dari Stasiun Penelitian HAARP di Gakona, Alaska, di mana HAARP memiliki pemancar frekuensi radio berdaya tinggi yang dapat mengganggu sebagian kecil ionosfer. Instrumen lain juga digunakan untuk mengukur gangguan.

Tujuan dari program ini adalah untuk memahami fisika ionosfer, yang secara konstan merespons pengaruh matahari. Suar matahari dapat mengirim partikel matahari saat menuju Bumi, kadang-kadang mengganggu komunikasi dan jaringan listrik. Jika para ilmuwan bisa lebih memahami apa yang terjadi di ionosfer, mereka mungkin bisa mengurangi beberapa masalah ini.

Menurut Live Science, wakil asisten sekretaris Angkatan Udara untuk sains, teknologi, dan teknik, David Walker pada tahun 2014 mengatakan, Angkatan Udara tidak lagi tertarik untuk mempertahankan HAARP. Namun, pada 11 Agustus 2015, pengoperasiannya dipindahkan sepenuhnya dari Angkatan Udara AS ke University of Alaska Fairbanks. Hal itu untuk memungkinkan HAARP melanjutkan eksplorasi fenomenologi ionosfer melalui perjanjian penelitian dan pengembangan kerja sama.

University of Alaska Fairbanks dalam situsnya menjelaskan, HAARP adalah pemancar berfrekuensi dan berkekuatan tinggi yang paling mumpuni di dunia untuk mempelajari ionosfer. Program HAARP saat ini berkomitmen mengembangkan fasilitas penelitian ionosfer kelas dunia yang terdiri dari Ionospheric Research Instrument (IRI) atau Instrumen Penelitian Ionosfer. Ini adalah fasilitas pemancar daya tinggi yang beroperasi dalam rentang frekuensi tinggi. Kemudian, serangkaian instrumen ilmiah atau diagnostik canggih yang dapat digunakan untuk mengamati proses fisik yang terjadi di wilayah tereksitasi atau penerima energi besar.

Baca juga:

Gempa Turki, PBB Aktifkan Pemetaan Satelit Darurat untuk Situasi di Lapangan

Walau Mematikan, Gempa Bumi Ternyata Ada Manfaatnya

Apa Itu Gempa Bumi dan Bagaimana Terjadinya?

Gempa Turki dan Suriah, Bagaimana Satelit Membantu Penyelamatan Korban?

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

- angkasa berdenyut dalam kehendak -